Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Kota Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalimantan Selatan, dijadikan model dalam pengelolaan kota tematik di Indonesia, karena memiliki ciri khas yang tidak dimiliki wilayah lain.
Hal tersebut terungkap dari kesimpulan workshop kota tematik yang diselenggarakan Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) selama dua hari yang berakhir, Kamis sore di Banjarmasin.
Workshop kota tematik yang dibuka Direktur Jenderal Tata Ruang Kementerian ATR Budi Situmorang tersebut diikuti berbagai peserta di tanah air.
Kala itu Budi Situmorang menyebutkan Banjarmasin termasuk kota air yang unik yang termasuk kota pusaka yang menjadi warisan dunia.
Melihat kenyataan tersebut wajar jika dipilih kota Banjarmasin akan menjadi model penanganan kota tematik yang dikelola secara berkelanjutan, dan akan menjadi rujukan bagi daerah lain jika ingin mengelola kota tematik tersebut.
Kota Banjarmasin dinilai tumbuh dan berkembang pada delta yang terbentuk dari pertemuan Sungai Barito dan Sungai Martapura, dan dilintasi sekitar 107 sungai, anak sungai, dan kanal-kanal, yang menjadikannya dikenal sebagai Kota Sungai. Sungai-sungai tersebut membentuk karakter kota secara fisik, ekologi, budaya, dan ekonomi.
Sejarah kota Banjarmasin yang bermula dari sebuah kampung yang berdiri pada tahun 1582, merupakan bagian dari Kerajaan Banjar. Perkembangan Kerajaan Banjar tidak lepas dari lokasinya yang strategis, yang didukung oleh sungai sebagai jalur transportasi dan ruang bagi aktivitas perdagangan sampai dengan saat ini.
Banjarmasin merupakan penghubung dengan wilayah pedalaman di Kalimantan Tengah, dan sebagai wilayah pesisir yang menjadi gerbang utama perniagaan di Kalimantan Selatan.
Walaupun citra Banjarmasin sebagai kota sungai masih tetap melekat, pada kenyataannya orientasi kehidupan masyarakatnya telah mengalami pergeseran yang lebih berorientasi ke darat.
Kondisi tersebut diikuti dengan adanya degradasi dan pelemahan terhadap elemen-elemen pembentuk karakter Kota Banjarmasin sebagai Kota Sungai.
Sungai sebagai urat nadi kehidupan masyarakat Banjarmasin secara meliputi aspek fisik (kualitas dan kuantitas fisik sungai), kologis (kehidupan ekosistem sungai), ekonomi (transportasi, pasar apung, nelayan, irigasi), dan sosial (kehidupan masyarakat sungai), merupakan komponen yang perlu perkuatan dalam rangka mewujudkan Kota Banjarmasin sebagai kota tepi air.
Saat ini, kota-kota di Indonesia sedang fokus pada pengembangan kota tematik. Pengembangan konsep kota tematik tidak hanya sebagai upaya untuk menampilkan karakter kotanya, tapi juga untuk menjaga karakter kota dari berbagai ancaman dan degradasi.
Tema kota merupakan sesuatu yang sangat penting karena ia turut membentuk identitas kota yang membedakan suatu kota dengan kota yang lain.
Identitas atau jati diri kota menumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa kebersamaan, bahkan rasa bangga bagi masyarakat terhadap kotanya.
Identitas kota tidak hanya berdampak sosial/psikologis namun juga bermakna ekonomis, sebagai daya tarik kota tidak hanya bagi pariwisata, namun juga mempengaruhi minat investasi.
Dengan adanya kebutuhan untuk mewujudkan tema kota yang tepat, dibutuhkan pemahaman yang lebih mendalam terutama bagi para pembuat keputusan di tingkat pemerintah Kota/Kabupaten dalam menyusun program kota tematik agar dapat menjadi tema-tema kota yang unggul dan unik, serta berkelanjutan.
Perwujudan kota tematik tidak berhenti sampai tatanan fisik kota, namun mengakar kepada kehidupan sosial ekonomi masyarakatnya, sehingga lebih kokoh bertahan dan berkelanjutan.
Kegiatan ini merupakan suatu workshop yang menggabungkan kegiatan ekskursi (field study) dan diskusi terfokus (Focus Group Discussion/FGD), dimulai dari kunjungan lapangan untuk menggali dan mengenal kondisi eksisting dan karakter kota sungai Banjarmasin, kemudian membahas dan mendiskusikan hasil observasi dalam kelompok-kelompok diskusi, dan merumuskan konsep dan upaya-upaya pengembangan kota tematik kota sungai Banjarmasin.
Banjarmasin Model Kota Tematik Indonesia
Jumat, 30 Oktober 2015 8:09 WIB