Kandangan (ANTARA) - Ketua Harian Internasional Traditional Karate Federation (INATKF) Hulu Sungai Selatan (HSS) Fikriyan Hidayat menagih janji pemberian bonus yang di janjikan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Selatan (Kalsel) melalui Dispora sejak dua tahun lalu.
Menurut Fikry sebelumnya, Dispora Kalsel menjanjikan akan merealisasikan bonus tersebut pada Oktober 2021. Namun janji tersebut kembali tertunda,dijanjikan dibagikan bersamaan penyerahan bonus peraih medali PON di Papua.
"Kini bonus ratusan juta untuk peraih medali pada PON dan PEPARNAS Papua telah diserahkan, sedangkan bonus peraih juara INATKF sampai belum terealisasi," katanya.
Ia mengungkapkan, seharusnya setiap pelaku olahraga yang berprestasi mendapat perlakuan yang sama.
Baca juga: Audiensi INATKF dan Kadispora Kalsel, hadirkan 13 atlet HSS peraih medali emas internasional
"Apalagi mereka berjuang di tingkat internasional, bukan perkara mudah tentu melalui proses yang tak biasa. Berproses di tengah pandemi selain pelaksanaan yang membutuhkan perjuangan keras, juga persiapan yang cukup berisiko.," katanya, saat menyampaikan keterangan keluhan dari salah satu atlet yang aktif dalam karate tradisional, Rabu (9/2).
Atlet di tuntut untuk mengoptimalkan kemampuannya meski sedang dalam era pandemi, yang mungkin saja merenggut nyawa jika terpapar di kala itu. Namun perjuangan harus tetap maksimal hingga akhirnya mereka dapat membuktikan dengan torehan prestasi terbaiknya.
Adapun kejuaraan kejuaraan yang di ikuti di antaranya, Kejuaraan Asia-Africa Online Championship di ikuti oleh belasan Negara se Asia dan Afrika di EGYPT (Mesir), Prague Open 1 Praha Republik Ceko, Asia-Africa 2 Indonesia, Mediterania Championship (France), serta di laga Prague Open Online Championship Winter.
"Meski kejuaraan tersebut bersifat online namun persiapan dan pelaksanaannya pun sama halnya dengan kejuaraan secara langsung, melalui tahapan seleksi serta persiapan yang panjang," katanya.
Baca juga: Ketua KORMI HSS apresiasi pengurus INATKF bina atlet muda
Menurut dia, hampir semua dilakukan secara online, contoh seperti KO2SN, musabaqoh dan sebagainya mereka juga mendapatkan apresiasi dari pemerintah meski dilaksanakn secara online, baik di tingkat kabupaten ataupun provinsi.
"Tentu melihat hal demikian, para atlet INATKF merasa dianaktirikan, terkadang pemerintah menuntut atlet untuk bisa berprestasi tapi fasilitas penunjang dan kesejahteraannya kurang diperhatikan, sesekali diteriakkan atlet dianggap hanya mengejar materi," katanya.