Kandangan (ANTARA) - Alam Indonesia memang amat kaya raya dengan berbagai flora dan fauna salah satunya di Pulau Kalimantan, di pulau terbesar se Nusantara ini, ada ribuan jenis buah khas pulau yang juga akrab di telinga dengan sebutan "Borneo" tersebut.
Fakta inilah yang membuat Muhammad Hanif Wicaksono menjadi begitu tertarik dengan tanaman buah-buahan khas Kalimantan, dengan membudidayakan ragam jenis tanaman buah khas Kalimantan.
Ia mengatakan, telah membangun perpustakaan pohon atau arboretum kebun induk yang berlokasi di Desa Ambutun, Kecamatan Telaga langsat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), selain memiliki arboretum kebun induk, juga ia memiliki kebun pembibitan tanaman langka Kalimantan yang berlokasi di Desa Gambah Muka, Kecamatan Kandangan.
"Saat ini sudah ada lebih ratusan jenis pohon langka hutan Kalimantan yang sudah ditanam di lokasi ini, dan saya memulai usaha ini sejak tahun 2012 lalu di Kandangan, " katanya, yang juga merupakan ASN di Badan Kependudukn Keluarga Berencana Nasional, Kabupaten Balangan, beberapa waktu lalu.
Dijelaskan dia, sebagai pendatang di Kalimantan yang berasal dari pulau Jawa, ia belum pernah ketemu buah yang di tempat tinggalnya di Jawa tidak ada, seperti Pampakin dan Labung sehingga muncul rasa penasaran.
Baca juga: Hanif Wicaksono raih SIA 2018 setelah budidayakan tanaman buah langka Kalimantan
Dengan rasa penasaran tersebut kemudian bertanya kepada yang menjual buah tersebut, bagaimana pohonnya ini dari buah tersebut, namun dijawab penjual buah juga tidak tahu pohonnya dan hanya mengambil dari beberapa tempat.
Ia akhirnya mencari-cari pohon-pohon tersebut karena di Kalimantan banyak memiliki ragam pohon buah, dan sebagai pendatang dirinya juga tidak pernah melihat, dan menyayangkan kalau potensi tersebut tidak diketahui luas, sehingga di awal mencari sendiri kemudian dibantu masyarakat lokal dapat mendapatkan beragam jenis pohon buah tersebut.
"Makin lama banyak saya mendapati jenis buah yang aneh-aneh, yang bahkan orang di kota sendiri nggak ada yang lihat itu, dan mulai mencoba membibitkan serta memperbanyaknya, karena sayang ada buahnya ada di pasar, pohonnya tidak diketahui dan khawatirnya pohonnya tidak ada lagi maka buahnya juga ikut menghilang," katanya.
Menurut dia, tujuan dirinya mengembangkan usaha ini disamping karena hobi, juga supaya masyarakat nantinya bukan hanya sekedar mengenal buah, kenal dari sekedar foto tapi lebih mengenal potensi tumbuhan dan pohon lokal yang potensinya luar biasa ini.
Disamping, rasa buah-buahan lokal di Kalimantan ini ternyata juga disukai dan menjadi seleranya orang-orang di luar negeri, mungkin di lidah masyarakat lokal sebagai orang Kandangan rasanya seperti asam, tetapi ternyata itu oleh orang-orang Eropa atau Amerika mereka menyukai rasa seperti itu.
Kemudian adanya potensi tumbuhan atau pohon buah ini nantinya bisa diturunkan dan dikembangkan ke generasi-generasi muda karena masih ada dan masih lestari, ia mengajak untuk menyelamatkan ini karena ini menjadi harta kekayaan sendiri bagi masyarakat Kalimantan.
"Plasma nutfah ini ini punya kemampuan atau memiliki potensi yang tinggi di bidang ekonomi, nanti siapa tahu munculnya produk produk hortikultura baru, buah-buah baru itu bisa terjadi seperti antara persilangan durian dengan jenis spesies durio yang lainnya dan itu sangat memungkinkan," katanya.
Dicontohkan dia, seperti adanya mantuala, bisa saja ada buah mantuala-mantuala baru karena proses persilangan atau upaya pengembangan secara berkelanjutan, pohon buah-buahan ini jangan sampai hilang, dan agar masyarakat maupun pemerintah itu lebih mengenal kekayaan dan potensi alamnya masing-masing.
Dengan mengenal kekayaan alamnya tersebut, maka pasti ada tumbuh rasa sayang, rasa sayang pastinya nanti akan berlanjut ke pengembangan bibit dan lainnya, serta jangan sampai dikembangkan di tempat lain sementara di daerah malah ditinggalkan.
Baca juga: Hanif Wicaksono selamatkan buah Kalimantan dari pepunahan
Banyak tanaman-tanaman di Kalimantan bahkan bijinya pun berharga dijual di luar negeri, tapi di sini banyak yang belum dikenal makanya diharapkan pemerintah, baik dari kehutanan hortikultura atau pun pertanian itu bisa bersinergi untuk menyelamatkan.
"Karena plasma nutfah ini kalau udah ilang, ya sudah nggak bisa balik lagi, saya berharap di situ ada pengembangan ada pemanfaatan yang kemudian berdampak besar nanti agar bermanfaat untuk kemajuan ekonomi di masyarakat," katanya.
Diketahui hanif merupakan sosok pegiat lingkungan dengan berbagai prestasi, di antaranya peraih penghargaan Astra satu Indonesia Awards 2018 bidang lingkungan, Pena Hijau Awards 2018 kategori penggerak lingkungan.
Selain itu, founder program Tunas Meratus tersebut juga berhasil meraih Penghargaan Kalpataru tahun 2019 dari Kementerian Lingkungan Hidup atas jasanya dalam melestarikan lingkungan.
Serta dengan adanya arboretum atau perpustakaan pohon tersebut, diharapkan dia dapat ke depannya menjadi lokasi ekowisata dan penelitian atau pembelajaran tentang pohon-pohon langka asli Kalimantan.