Muhammad Ali Jennah dari Pengurus KBB Palu mengemukakan itu melalui WA-nya, usai ziarah kubur bersama, Ahad (4/4) yang merupakan tradisi atau kegiatan rutin setiap menjelang bulan puasa Ramadhan.
Tatawaan dan bila terkumpul "baricau pandir" (saling ngomong secara bersamaan) salah satu ciri khas urang (komunitas/masyarakat) Banjar Kalimantan Selatan (Kalsel).
Begitu pula "bahulutan" (berolok-olokan) bagi janda dan duda yang meninggal dunia pasangannya (sekedar candaan untuk membuat tatawaan).
"Ada lagi yang membuat tatawaan, ternyata di antara peziarah ibu-ibu atau 'acil' (panggilan terhadap seseorang yang agak muda umur) membawa 'wadai' (kue) 'apam' (sebuah yang bisa membuat konotasi porno)," ungkap M Ali.
![](https://img.antaranews.com/cache/730x487/2021/04/04/IMG-20210404-WA0026_1.jpg)
"Uma nyaman" (aduk enak) apam 'pian Cil' (kamu Acil). Mendengar ucapan itu, semua tatawaan 'mandarau' (serentak bersama-sama)," lanjutnya.
Ia menambahkan, ternyata orang tidak boleh menyebut cuma dengan sebutan apam, karena bisa mmpunyai arti "lain" atau konotasi porno.
"Jadi harus menyebutnya, wadai apam acil. Hati-hati ketinggalan kata wada bisa tatawaan 'bubuhan lalakian' (kelompok laki-laki) sedang 'babinian takurihing. kasupanan' (perempuan tersenyum malu)," lanjutnya.
Dalam ziarah kubur bersama KBB Palu itu ada sekitar 100 keluarga warga Banjar Kalsel yang tinggal di perantauan atau Kota Palu, demikian M Ali.