Banjarmasin (ANTARA) - Anggota Komisi III Bidang Pembangunan dan Infrastruktur DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) Fahrin Nizar ST, MT mengharapkan pemerintah daerah memberikan perhatian terhadap dua titik simpul kemacetan lalu lintas dari Marabahan - Banjarmasin atau sebaliknya.
Harapan itu dia kemukakan di Banjarmasin,. Selasa sehubungan sering terjadi kemacetan arus lalulintas di Handil Bakti Kecamatan Alalak dan ruas jalan Gampa Asri Kecamatan Sungai Hampa Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kalsel.
Wakil rakyat asal daerah pemilihan Kalsel III/Batola itu mengatakan, kemacetan arus lalu lintas Marabahan - Banjarmasin maupun sebaliknya manakala ada mobil yang amblas di tengah jalan, kendaraan bermotor lain tidak bisa lewat atau harus antre.
Sebagaimana terjadi, Senin (15/3) antrean cukup panjang berkilo-kilo meter untuk lewat Handil Bakti, baik dari Banjarmasin yang menuju Marabahan, ibukota Batola dan ke Kalimantan Tengah (Kalteng) atau sebaliknya karena ada truk mengangkut barang yang amblas.
Oleh karena itu guna menghindari kemacetan di Handil Bakti tersebut, bagi mereka yang tidak terjebak macet dan tahu jalan alternatif memilih naik kapal penyeberangan dari Banjar Raya - Handil Soebardjo (mantan Gubernur Kalsel) - Tamban Batola atau sebaliknya.
Seperti penuturan anggota Badan Anggaran (Banggar) DPRD Kalsel H Suripno Sumas SH MH dari PKB ketika pulang studi komparasi ke Dewan Kalteng di Palangkaraya (sekitar 198 kilometer barat Banjarmasin), Senin (15/3) sore.
Sementara untuk lewat Jalan Lingkar Utara atau Syarkawi (mantan Gubernur setempat) tidak memungkinkan karena kondisinya yang rusak parah, ujar anggota Komisi III DPRD Kalsel yang juga membidangi perhubungan itu.
Menurut wakil rakyat dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan itu, kalau ada perhatian yang lebih serius dari pemerintah daerah, baik tingkat kabupaten maupun provinsi, kemungkinan bisa menghindari atau setidaknya meminimalkan kemacetan panjang arus lalulintas kendaraan bermotor tersebut.
"Maaf, selama ini petugas atau aparat yang menjaga/mengatur lalulintas pada jalur simpul kemacetan personilnya kurang, kecuali relawan. Tetapi relawan dari warga masyarakat itu tidak mempunyai kewenangan apa-apa," katanya.
Selain itu, ujarnya, truk angkutan barang atau sembako juga harus memperhitungkan muatan beban/daya tahan jalan untuk seperti Handil Bakti tidak sama dengan Jalan Yani.
"Apalagi pascabencana banjir kondisi jalan seperti Handil Bakti jadi agak lemah karena terendam sekitar sepekan. Jadi kalau untuk angkutan di Jalan A Yani bisa 12 ton, untuk Handil Bakti mungkin buat sementara cukup sekitar enam ton agar tidak amblas," lanjutnya.
"Aparat juga harus melakukan pengawasan ketat terhadap tonase muat truk tersebut guna kenyamanan Lalulintas bersama. Kalau bicara rugi dengan angkutan tidak maksimal, hal itu harus menjadi maklum buat sementara ini," demikian Fahrin Nizar.