Dewan Pimpinan Daerah Hizbut Tahrir Indonesia Kalimantan Selatan menggelar diskusi publik mengenai terorisme, di Banjarmasin, Minggu.
Humas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kalsel, H Hidayatul Akbar berpendapat, terorisme "berkah" bagi Rencana Undang Undang (RUU) Intelijen di Indonesia.
Pasalnya terorisme tersebut bisa menjadi alasan utama untuk mendorong percepatan keberadaan Undang Undang (UU) intelijen di Indonesia, yang kini RUU-nya sudah disiapkan.
Sebab dengan adanya UU intelijen diharapkan dapat memerangi kegiatan yang bersifat atau mengarah kepada teror, dan setidaknya menangkal terorisme di Indonesia.
Menurut aktivis HTI tersebut, terorisme juga bisa menyuburkan paranoid terhadap syariah dan khilafah Islam di Indonesia.
Oleh karena itu, sebagai salah satu organisasi kemasyarakatan di Indonesia yang berbasiskan Islam, HTI juga menentang terorisme karena dapat merugikan kaum muslim sendiri dalam upaya menegakkan syariah dan khilafah.
Namun juru bicara HTI Kalsel itu tak sependapat terlalu membesar-besarkan terorisme, seperti menaruh kecurigaan yang dalam terhadap kegiatan kaum Muslim yang mau menegakkan syariah dan khilafah.
Ia meminta, pemerintah atau aparat terkait tidak terlalu berlebih-lebihan menaruh kecurigaan terhadap setiap kegiatan kaum muslim, karena hal itu justru bisa menimbulkan situasi dan kondisi tak kondusif.
"Untuk tidak menimbulkan permasalahan baru, mungkin cukup melalui pendekatan persuasif dan edukatif terhadap kegiatan kaum muslim yang diduga bisa mengarah kepada terorisme," sarannya.
"Saya optimistis, melalui pendekatan persuasif dan edukatif yang terus menerus, terorisme sulit tumbuh dan berkembang di Indonesia," demikian Hidayatul Akbar.
Diskusi publik HTI Kalsel berlangsung di Aula Palimasan Banjarmasin Post Group dengan tema, "Terorisme 'berkah' bagi RUU Intelijen dan Suburkan Paranoid Terhadap Syariah dan Khilafah".(her/B)
HTI Gelar Dialog Terorisme
Selasa, 10 Mei 2011 7:44 WIB