Martapura (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Banjar siap melakukan perubahan besar dalam pengelolaan sampah yang selama ini merupakan masalah diubah menjadi potensi dan berdayaguna, melalui inovasi dan pengelolaan lebih baik secara mandiri oleh masyarakat.
Guna mewujudkan hal itu, sebanyak seratus orang dari berbagai kelompok, pejuang dan praktisi yang konsen pada kelestarian lingkungan dan Banjar Bersih, baik dari desa maupun instansi terkait, dilatih menjadi agen perubahan dan membuat inovasi pengelolaan sampah di wilayahnya masing-masing.
"Kita berkeinginan agar pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan di Kabupaten Banjar lebih baik sehingga diperlukan peran serta masyarakat," ujar Bupati Banjar Khalilurrahman melalui Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemkab Banjar M Rusdi di Martapura, Ahad.
Sebelumnya, Rusdi membuka sosialisasi yang diselenggarakan Kemenko PMK bekerjasama dengan Bappedalitbang Kabupaten Banjar, yakni model inovasi pengelolaan sampah melalui penguatan ecoliteracy menuju perilaku hijau di Martapura, Jumat (27/11).
Kegiatan dihadiri Kepala Bappedalitbang Banjar, Galuh Tantri Narindrayang juga sebagai ketua pelaksana sosialisasi, dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Boyke W Tristiyanto sebagai salah seorang nara sumber serta sejumlah pejabat lingkup Pemkab Banjar.
Pemaparan materi dan diskusi yang dimoderatori mantan Sekda Banjar, Nasrunsyah, peserta banyak mendapat arahan serta mendengar pengalaman langsung dari praktisi pengelolaan sampah yang sukses di desanya masing-masing.
Salah satu pegiat pengelolaan sampah di Desa Sukunan Kabupaten Sleman Yogyakarta DR Iswanto menceritakan bagaimana awal mula menggerakkan warga di desanya untuk bisa mengelola sampah.
"Pengelolaan sampah adalah bagaimana menggerakkan hati baik diri sendiri maupun masyarakat. Intinya, berani membuat sampah harus berani mengelola sampah," ujar dosen Poltekkes Yogyakarta ini.
Dikatakan, UU pengelolaan sampah sudah banyak dan sudah lama, bahkan turunannya juga banyak hingga peraturan daerah tetapi sampah masih menjadi masalah. Hal ini, karena masih lemahnya komitmen pengelolaan sampah, kebiasaan lama yang dianggap lumrah, padahal salah.
Diceritakan, pengurangan sampah di wilayahnya melalui 3R yakni, Reduce, mengurangi penggunaan bahan yang berpotensi merusak lingkungan, Reuse yakni mengggunakan kembali barang yang layak pakai, bisa diberikan ke orang lain dan Recycle, mendaur ulang sampah yang memang mesti dibuang, sehingga menjadi berdayaguna.
Pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Desa Sukunan, antara lain, sodaqoh sampah, bank sampah, TPS-3R serta aplikasi online yakni rakyat peduli lingkungan (Rapel) sebuah inovasi masyakarat bisa melaporkan di mana lokasi sampah, berapa jumlahnya, maka kelompok mendatangi dan mengangkutnya.
"Bahkan di struktur organisasi desa, secara khusus kami masukan seksi pengelolaan sampah," sebutnya.
Sementara Kepala Desa Panggungharjo Bantul Yogyakarta Wahyudi Anggoro Hadi bercerita tentang pengelolaan desa hingga bisa maju dan banyak meraih penghargaan baik tingkat nasional maupun internasional.
"Kami berupaya menjadikan desa yang bisa dibanggakan seluruh warga dan alhamdulillah, walau tanpa potensi alam seperti daerah lain, kami bisa menjadikan Bumdes sebagai Bumdes terbaik dengan penghasilan Rp6,9 miliar setahun," ungkapnya.
Ditekankan, hasil tersebut bukan dari potensi alam namun dari potensi wisata masyarakat bernuansa tradisional, budaya dan selama ini Desa Panggungharjo merupakan salah satu desa tujuan wisata tradisional di Yogyakarta.
Selain itu, warga desa memproduksi tamanu oils yang merupakan bahan untuk kosmestik dan bahan obat, serta membangun unit usaha pengelolaan sampah yang mengelola 56 meter kubik sampah yang dihasilkan warga dalam sebulan.
Asisten Deputi Revolusi Mental Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Alfredo Sani Fenat menyebutkan program revolusi mental salah satunya untuk mengubah main set serta prilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah.
"Bagaimana masyarakat bisa malu membuang sampah sembarangan, selanjutnya bisa mengelola sampah yang dihasilkan menjadi berdayaguna. Revolusi mental itu, meningkatkan integritas, etos kerja dan semangat gotong-royong untuk Indonesia lebih baik," katanya.