Banjarmasin (ANTARA) - Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Prof Dr dr Syamsul Arifin MPd melihat jika belakangan ini protap zonasi risiko terabaikan hingga memicu tingginya penambahan kasus COVID-19.
"Status daerah risiko seharusnya aktivitas ekonomi dan lainnya harus disesuaikan dengan zona yang ada. Salah satunya pada zona merah aktivitas ekonomi seharusnya dibuka hanya untuk sektor essensial saja," kata dia di Banjarmasin.
Apabila protap penanganan zona risiko COVID-19 terabaikan, kata dia, maka dapat berpotensi daya kontrol transmisi akan menurun, yang ditandai dengan peningkatan angka positif rate pada masing-masing daerah.
Oleh karena itu, dia berharap pemangku kepentingan di setiap daerah harus selalu melakukan evaluasi dan monitoring tentang implementasi kebijakan zona menuju tahapan Indonesia produktif dan aman COVID-19, sehingga transmisi terkendali. Di samping upaya peningkatan perilaku kepatuhan masyarakat pada protokol kesehatan yang ketat.
Berdasarkan update data tanggal 23 Agustus 2020 yang dilakukan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Pusat diketahui bahwa daerah dengan zona merah (6,23%), zona orange (43,19%), zona kuning (36,77%) dan zona hijau (13,81%).
Syamsul menjelaskan jika lingkungan (sosial budaya dan ekonomi) merupakan faktor dominan yang berpengaruh. Meskipun perilaku kepatuhan masyarakat pada protokol kesehatan semakin meningkat tanpa didukung oleh lingkungan yang baik pula, maka pencegahan transmisi COVID-19 belum bisa optimal mencapai target.
Hal ini sejalan berdasarkan teori H.L. Bloom tentang status kesehatan individu/masyarakat ditentukan oleh empat faktor utama yaitu genetik (10%), fasilitas pelayanan kesehatan (20%), perilaku (30%) dan lingkungan (40%).
Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM itu mengaku prihatin kasus COVID-19 di Indonesia pertanggal 28 Agustus 2020 ada penambahan 3.003 kasus positif baru. Bahkan positif rate tinggi yaitu 18,04%.
Angka positif rate harian ini sangat tinggi jika dibandingkan positive rate yang telah ditetapkan WHO yaitu 5% atau China 0,09% dan malaysia 1,4%. Positive rate yang rendah merupakan salah satu indikator sebuah negara atau daerah mampu mengontrol transmisi virus.
Pakar: Protap zonasi terabaikan picu tingginya penambahan kasus COVID-19
Selasa, 1 September 2020 19:10 WIB
Status daerah risiko seharusnya aktivitas ekonomi dan lainnya harus disesuaikan dengan zona yang ada. Salah satunya pada zona merah aktivitas ekonomi seharusnya dibuka hanya untuk sektor essensial saja