Kandangan (ANTARA) - Kepala Tata Usaha (KTU) PT Surya Langgeng Sejahtera (SLS) Dhimas Angraetna, menyampaikan kabar baik bahwa dari hasil rapid test yang dilaksanakan di tahap pertama, hasilnya semuanya non reaktif.
Ia mengatakan, walaupun tidak ada yang dinyatakan reaktif, namun sesuai kebijakan perusahaan dan penerapan protokol kesehatan pihak manajemen melarang cuti dan mudik untuk karyawan dalam mencegah penyebaran virus COVID-19.
Baca juga: Antisipasi pencegahan penularan COVID-19, PT SLS besok lakukan rapid test
"Kebijakan ini tentu berakibat karyawan yang balik dari luar kota sangat terbatas, itupun kalau ada karena karyawan tersebut ada keperluan yangsangat mendesak, sehingga bepergian keluar kota, tapi untuk karyawan yang keluar antar propinsi tidak ada," katanya, dalam keterangan, Kamis (28/5).
Dijelaskan dia, untuk hasil rapid test hari ini, pihaknya bersyukur di tahap pertama tadinya semuanya hasilnya non reaktif dan aman, dan rapid test ini difokuskan kepada karyawan yang bertempat tinggal disekitar temuan satu kasus positif COVID-19, di Desa Bago Tanggul, Kecamatan Kalumpang kemarin.
Ada dua karyawan yang pulang dari luar kota, yakni dari Banjarbaru dan Banjarmasin, serta kurang lebih 12 karyawan yang telah dilakukan pemeriksaan kesehatan hari ini, berupa rapid test.
Baca juga: Hari buruh internasional, diisi semangat kebersamaan melawan COVID-19
Pemeriksaan ini bekerja sama dengan dokter dan petugas yang merupakan tim COVID-19 Puskesmas Kalumpang, antaralain dokter Gendis Ratri KW, Nurdin Santoso, M Rizki dan Kamariah.
Pelaksanaan rapid test dilakukan di Puskesmas Kalumpang, para karyawan yang mengikuti tes langsung didampingi Adminstratur PT SLS Sugito dan Safety and Health Environment Officer (SHE) PT SLS Muhammad Noor.
Hasil rapid test tahap pertama karyawan PT SLS semuanya non reaktif
Kamis, 28 Mei 2020 19:16 WIB
Walaupun tidak ada yang dinyatakan reaktif, namun sesuai kebijakan perusahaan dan penerapan protokol kesehatan pihak manajemen melarang cuti dan mudik untuk karyawan dalam mencegah penyebaran virus COVID-19,