Jakarta (ANTARA) - Sejak mewabahnya COVID-19 di Indonesia, sebagian masyarakat mulai mengonsumsi jamu untuk menjaga daya tahan tubuh dan jamu anticorona racikan Warti laris manis selama pandemi.
"Paling banyak yang dicari jamu anticorona. Dalam sehari bisa habis lebih dari dua botol," kata Warti yang berdagang jamu keliling di seputaran Jakarta Timur, Rabu.
Jamu anticorona yang dimaksud Warti adalah racikan rimpang temulawak, dengan beberapa macam rimpang lainnya seperti jahe, kunyit dan serai.
Rimpang yang juga dikenal sebagai bumbu dapur itu dipercaya memiliki khasiat untuk menjaga daya imunitas tubuh, seperti jahe yang bermanfaat untuk mengatasi masalah pencernaan, mengatasi rasa sakit dan membantu proses detoksifikasi serta antiradang.
Baca juga: Jamu tradisional Kampung "Pejabat" banjir pesanan selama COVID-19
Begitu pula dengan serai yang disebut memiliki beragam manfaat seperti antioksidan, meningkatkan metabolisme, mengatur tekanan darah tinggi serta menyembuhkan flu dan pilek.
Rimpang-rimpangan tersebut diolah dengan tangan Warti yang sudah berdagang jamu keliling sejak 1993. Selain jamu anticorona, salah satu jamu yang juga paling banyak dibeli pelanggannya adalah kunyit asem.
"Langganan saya macam-macam, malah ada pemilik toko yang memesan khusus dua botol sendiri untuk dikonsumsi bersama para pegawainya," kata Warti.
Warti yang berdagang jamu berkeliling dari komplek ke komplek perumahan mengaku pelanggannya semakin bertambah sejak COVID-19 mewabah.
"Tapi harga bahan-bahan juga naik, karena banyak dicari orang," ujar Warti yang setiap hari dibonceng anaknya dengan motor berkeliling pagi dan sore hari menjual jamu.*
Baca juga: Polda Kalsel wajibkan anggota dan warga melewati bilik anti kuman