Oleh Imam Hanafi
Kotabaru, (Antaranews.Kalsel) - Perusahaan pertambangan bijih besi PT Sebuku Iron Lateritic Ores (SILO) di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, berencana membangun pabrik pemurnian atau peleburan (smelter) senilai 300-350 juta dolar AS (Rp3 triliun)
Direktur Operasional PT SILO Henry Yulianto kepada Antara, Selasa, mengatakan, saat ini SILO Group telah selesai mengerjakan pembangunan pabrik dry iron senilai 50-60 juta dolar AS (Rp500 miliar).
Seiring dengan amanat Undang-Undang No.4 tahun 2009 Tentang Mineral dan Batubara, SILO Group kembali membangun dry iron tahap II senilai 300-350 juta dolar AS.
"Rencana pembangunan tersebut bukti dari keseriusan manajemen untuk berusaha dan taat terhadap aturan pemerintah," kata Hanry.
Dengan diberlakukannya UU No.4/2009 per 12 Januari tersebut, lanjut dia, menjadi cobaan bagi SILO Group karena ekspor bijih besi jadi terhenti.
Namun demikian, kata Hanry, pihaknya tetap akan berusaha untuk bisa mendapatkan izin ekspor, karena barang yang diekspor SILO ke China tersebut merupakan barang sudah diolah (Crushing/washing/drying) sudah ada peningkatan kadar sekitar 10 persen dari kisaran 40-45 persen menjadi 44-50 persen.
Henry menjelaskan, untuk pembangunan pabrik tahap II atau pemurnian diperlukan waktu 2-3 tahun ke depan.
Sebelumnya, Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono melakukan `groundbreaking` (peletakan batu pertama) dan meresmikan proyek-proyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang ada di Kabupaten Kotabaru senilai Rp6,4 triliun.
Dari sejumlah proyek tersebut, satu diantaranya adalah proyek pembangunan pabrik dry iron ore PT Sebuku Iron Lateritic Ores (SILO) di Desa Sungai Bali, Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru senilai Rp1,2 triliun./A