Banjarmasin (ANTARA) - Polda Kalimantan Selatan mengingatkan beragam modus aksi penipuan dalam proses rekrutmen seleksi calon anggota Polri yang selalu mengintai para peserta dan juga orangtua.
"Setiap dibuka penerimaan selalu kami ingatkan jangan percaya adanya tawaran pihak yang menjanjikan kelulusan, ini modus lama yang selalu terulang dan banyak korbannya," kata Karo SDM Polda Kalsel Kombes Pol Ari Wahyu Widodo di Banjarmasin, Jumat (13/12).
Polda Kalsel tengah bersiap membuka rekrutmen proaktif dalam penerimaan Bintara Polri tahun 2020. Penandatanganan pakta integritas dan pengambilan sumpah untuk panitia, pengawas dan calon peserta pun telah dilakukan sebagai wujud komitmen bersama untuk proses seleksi yang bersih, transparan, akuntabel, humanis dan berbasis IT hingga dapat diakses oleh publik secara terbuka.
"Jadi saya pastikan tidak ada celah untuk berbuat curang, misalnya bisa lulus padahal peserta tidak memenuhi syarat dalam tahapan tesnya. Karena semuanya terbuka, setiap tahapan tes langsung diumumkan," jelas Ari.
Namun begitu, modus yang dilakukan sang penipu, menurut Ari biasanya menjanjikan kelulusan dengan pembayaran belakangan alias jika peserta lulus. Sehingga seakan-akan ada peran dari sang oknum. Padahal faktanya, penipu tidak berbuat apa-apa.
"Modus lama ini kami istilahkan penembak di atas kuda. Jadi, dengan beragam cara meyakinkan peserta atau orangtua bahwa dia punya peran menguruskan sehingga lulus," beber Ari lagi.
Untuk itu, dia mengingatkan orangtua agar tak termakan godaan sang penipu yang menawarkan kelulusan. Karena faktanya hal itu tidak bisa dilakukan oleh siapa pun. Bahkan, dirinya sendiri dan seluruh panitia tidak bisa membantu. Apalagi orang lain.
"Kelulusan hanya bisa ditentukan oleh peserta bersangkutan berdasarkan kemampuannya. Yakinlah pada diri sendiri dan fokus dalam menghadapi setiap tes serta berdoa," tuturnya menekankan.
Animo pendaftar yang begitu tinggi dalam setiap penerimaan seleksi calon anggota Polri memang kerap dimanfaatkan oleh oknum untuk mengeruk keuntungan pribadi dengan cara melakukan penipuan.
Padahal faktanya kini, mereka yang lulus dengan nilai tertinggi justru kerap diraih oleh peserta dari keluarga sederhana dengan latar belakang ekonomi orangtua pas-pasan. Hal itu membuktikan tidak adanya permainan uang dan semua memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi anggota Polri.
Seperti pada penerimaan calon Bintara Polri tahun 2019 lalu di Polda Kalsel, ranking 1 dengan nilai terbaik untuk seleksi Polwan diraih Helma Hairunnisa yang orangtuanya hanya seorang tukang parkir di Desa Sungai Danau, Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu.
Begitu juga kategori peserta pria, ranking satu diraih Reka Febryatmojo, anak dari seorang anggota Polri di Polsek Pelaihari, Polres Tanah Laut yang hanya polisi sederhana dengan pangkat biasa.