Pendangkalan di Waduk Riam Kanan Kalimantan Selatan mencapai dua meter dan dikhawatirkan bakal mengganggu operasional Pembangkit Listrik Tenaga Air di daerah tersebut.
Kepala PLTA Riam Kanan Kardoyo mengatakan hal itu usai kegiatan pembagian tong sampah oleh anggota wartawan lingkungan hidup Komunitas Jurnalis Pena Hijua Indonesia Kalimantan Selatan di sekitar waduk dan beberapa objek wisata di Riam Kanan, Minggu.
Menurut Kardoyo, perilaku membuang sampah rumah tangga sembarangan, penambangan emas liar dan penggundulan hutan menyebabkan percepatan pendangkalan waduk dari seharusnya maksimal 11,5 sentimeter pertahun menjadi 25,5 sentimeter pertahun.
"Dari hasil penelitian sampah rumah tangga sangat banyak memberikan andil pendangkalan waduk," katanya.
Pendangkalan yang mencapai dua meter merupakan pendangkalan cukup tinggi sehingga harus segera dilakukan pengerukan bila tidak bisa mengurangi debit air waduk dan mengganggu operasional PLTA.
Saat ini, kata dia, pihaknya sedang mengusulkan segera dilakukan pengerukan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan antara lain banjir pada saat musim hujan dan kekurangan air pada saat kemarau.
"Seperti pada kemarau yang lalu kita terpaksa hanya mengoperasikan dua mesin dengan kapasitas masing-masing 10 megawatt, akibatnya PLTA yang seharusnya mampu menyumbang daya 30 megawatt untuk PLN Kalsel dan Kalimatnan Tengah menjadi hanya sekitar 10-20 megawatt," katanya.
Kondisi tersebut terjadi, kata dia, salah satunya disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat membuang sampah pada tempatnya dan mengelola kembali menjadi hal yang bermanfaat.
Sampah-sampah yang dibuang sembarangan tersebut pada saat hujan akan terbawa arus banjir dan masuk ke waduk.
Selain itu, tambah Kardoyo penambangan ilegal yang masih marak juga membuat pendangkalan karena pada saat hujan lumpur bekas tambang juga menggelontor masuk ke waduk.
Bila kondisi tersebut tidak segera diatasi, tambah dia, maka waduk tidak akan bisa dimanfaatkan secara maksimal apalagi kandungan mercuri dari tambang emas juga ikut masuk ke waduk.
Kondisi tersebut, tambah dia, bisa menyebabkan pipa pendingin mesin cepat aus dan rusak.
"Apalagi air waduk juga dimanfaatkan untuk air baku PDAM," katanya.
Langkah-langkah yang telah ditempuh, kata dia, antara lain melakukan razia terhadap sekitar 600 penambang emas yang berada di sekitar pegunungan di Riam Kanan.
Dari razia tersebut, penambangan emas telah berkurang sekitar 50 persen sehingga tersisa sekitar 300 penambang.
Selain itu, pihaknya juga telah menyiapkan tong pembakaran sampah di sekitar perumahan penduduk.
Namun upaya tersebut belum membuahkan hasil maksimal terbukti setiap ruas jalan di daerah tersebut mulai dari Masjid Riam Kanan hingga dermaga dipenuhi dengan sampah yang berserakan.
Tumpukan sampah terlihat hampir disetiap tempat di halaman rumah warga, di tempat istirahat penumpang maupun fasilitas umum lainnya.
Pembina Komunitas Jurnalis Pena Hijau Hermansyah mengatakan pembagian tong sampah di sekitar waduk dan lokasi wisata merupakan salah satu wujud kepedulian wartawan "Pena Hijau" terhadap kelestarian lingkungan.
"Mungkin langkah kita masih sangat kecil dan belum sebanding dengan persoalan lingkungan di daerah ini, tetapi saya kira tidak ada langkah besar tanpa diawali langkah kecil," kata Herman yang juga Kepala Biro Humas Pemprov Kalsel.
Terhadap kegiatan tersebut, kata dia, Pemprov Kalsel utamanya Dinas Peternakan, Perikanan, Perkebunan, Pertanian, Ketahanan Pangan, Diklat, Badan Kepegawaian Daerah dan beberapa dinas terkait lainnya memberikan dukungan cukup besar.
"Kita juga sangat berterima kasih kepada PDAM Bandarmasih sebagai sposor utama kegiatan pembagian tong sampah tersebut semoga kegiatan tersebut bisa menumbuhkan kepedulian masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan," kata Herman didampingi Ketua Pena Hijau Deny Santoso.
Kegiatan "Peduli Lingkungan" tersebut diikuti tidak kurang dari 35 wartawan cetak dan elektronik di Banjarmasin serta pegawai PDAM, masyarakat dan PLN.(B/A)