Banjarmasin (ANTARA) - Program resi gudang yang dibangun di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, belum dimanfaatkan petani dengan maksimal sehingga penyaluran kredit petani yang disiapkan Bank Kalsel di daerah tersebut tidak tersalurkan sesuai dengan baik.
Analis Pengembangan Produk Usaha Kecil Menengah (UKM) Bank Kalsel Taufik Rahmatullah di Banjarmasin Senin mengatakan, program resi gudang di Kabupaten Tapin hingga kini masih kurang diminati petani.
Hal itu terjadi, karena rata-rata petani di kabupaten tersebut menanam padi jenis unggul, sehingga kapan pun padi tersebut dijual, harganya akan tetap sama atau relatif stabil.
Baca juga: Bank Kalsel siapkan Rp3 miliar untuk program resi gudang
"Harga padi unggul relatif stabil, apakah mau dijual saat panen, atau beberapa bulan setelah panen harganya tetap sama, sehingga tidak ada petani yang menyimpan gabahnya ke gudang," katanya.
Hal tersebut membuat dana kredit yang disipakan Bank Kalsel, hampir tidak tersalurkan, kalaupun ada yang meminjam hanya satu orang petani, dengan nilai Rp30 juta, atau jauh dari yang diharapkan.
Kondisi tersebut berbeda dengan petani di Kabupaten Barito Kuala, yang banyak menanam padi varietas lokal.
Kalau varietas lokal, harganya cukup fluktuatif, terutama beberapa bulan setelah panen, sehingga program resi gudang di Kabupaten Batola, cukup diminati oleh petani, walaupun penyalurannya juga belum maksimal.
"Tidak seperti di Kabupaten Tapin, minat petani di Kabupaten Batola cukup besar untuk menyimpan gabahnya di gudang, agar mendapatkan resi untuk bisa diagunkan ke Bank Kalsel," katanya.
Baca juga: 19 daerah ikuti festival ekonomi syariah
Sayangnya, kesempatan tersebut terkendala, karena gudang justru banyak dimanfaatkan oleh tengkulak, sehingga kesempatan petani untuk mendapatkan kredit dari Bank Kalsel berkurang.
Dari dana Rp3 miliar yang disipakan oleh Bank Kalsel, untuk penyaluran kredit melalui resi gudang, hanya terserap sekitar Rp700 juta pada 2019.
Sebelumnya, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kalimantan Selatan berupaya mengoptimalkan peran resi gudang untuk menjaga stok dan stabilitas harga pangan petani terutama pascapanen.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan Herawanto mengatakan, upaya mengoptimalkan penggunaan resi gudang sebagai salah satu metode pengamanan stok yang cukup efisien dan efektif.
Melalui program resi gudang, petani bisa menyimpan hasil panennya di gudang, terutama saat harga anjlok yang biasanya terjadi pascapanen, hingga menunggu harga komoditas panen naik.
Program tersebut, akan menguntungkan baik bagi petani maupun pemerintah, karena dengan sistem tersebut, stok pangan tetap terjaga dengan baik.
Biasanya, pada saat panen, banyak petani terpaksa harus tetap menjual hasil pertaniannya, kendati harga murah, karena petani memerlukan modal untuk kembali mengelola sawahnya.
Kondisi tersebut, sangat menguntungkan tengkulak, karena mereka bisa mendapatkan harga murah, dan menjual kembali dengan harga yang lebih mahal.
Melalui program resi gudang, maka petani bisa menyimpan hasil panennya, dan sekaligus bisa mendapatkan pinjaman dana dari perbankkan, karena produk pertanian yang disimpan bisa menjadi agunan.
Baca juga: Bank Kalsel gelar "literasi" keuangan di Sekolah Dasar
Baca juga: Bank Kalsel raih Infobank Award
Baca juga: Bank Kalsel dorong pertumbuhan ekonomi melalui penguatan IT