Jakarta (ANTARA) - Tenis tampaknya belum menjadi cabang olahraga yang bersinar di Indonesia saat ini, namun beberapa atletnya berhasil menciptakan kejutan untuk meningkatkan cabang olah raga ini ke level lebih baik.
Priska Madelyn Nugroho menjadi sorotan karena penampilan impresifnya pada turnamen tenis kelas atas, Grand Slam, meski dalam level junior, sedangkan seniornya Christopher “Christo” Rungkat semakin mantap pada ganda putra profesional.
Bermain pada turnamen Grand Slam menjadi impian para petenis mana pun di dunia. Ajang bergengsi, bintang top dunia, dan kekompetitifannya menjadi alasan para petenis unjuk gigi untuk membanggakan negaranya.
Begitupun dengan petenis junior Priska Nugroho yang telah mengikuti beberapa turnamen Grand Slam satu tahun terakhir ini.
Salah satu wakil Indonesia pada Wimbledon Juni lalu itu melenggang ke perempat final yang merupakan prestasi terbaiknya pada ajang level Grand Slam sekaligus mengantarkan dia ke peringkat 26 ITF.
Baca juga: Tenis Meja - Novida bakal bertemu idolanya Sun Yingsha di ITTF
“Ini merupakan turnamen pertamaku di Wimbledon. Aku tidak menyangka. Aku masih ingat dulu sekitar lima tahun lalu, aku main (tenis) di lapangan rumput di turnamen di Australia, sejak saat itu aku suka dan merasa cocok,” kata Priska dalam resmi WTA.
“Tidak ada pemain Indonesia yang bisa bertanding di laga internasional seperti ini. Mereka sangat mendukungku dan aku sangat bersyukur.”
Komentar ini disampaikan Priska setelah mengalahkan petenis Ceko Linda Fruhvirtova 3-6, 6-3, 3-6 pada 16 besar Wimbledon 2019.
Kemenangan itu mengantarkannya untuk menantang petenis unggulan Amerika Serikat Alexa Noel pada perempat final yang kemudian menjadi perjalanan terakhirnya di Wimbledon.
Priska pun digadang-gadangkan bakal menyamai Angelique “Angie” Widjaja yang merupakan petenis junior Indonesia pertama yang mencetak kemenangan pada dua turnamen Grand Slam, yakni Wimbledon 2001 dan French Open 2002.
Ini pula yang membuat Ketua Umum Pelti Rildo Anwar yakin Priska bisa mengulang pencapaian salah satu petenis terbaik Indonesia itu.
“Priska ini satu contoh yang kita tunggu-tunggu. Yang dulu sudah lama ada Angie, sekarang ada Priska,” kata Rildo.
Baca juga: 18 regu se-Kalsel ikuti turnamen tenis Murakata Cup
Tidak hanya berakhir di Wimbledon, Priska yang kini berusia 16 tahun itu kembali mengukir prestasi pada US Open di New York, namun ambisi dia merengkuh gelar Grand Slam junior pertamanya terhenti di tangan petenis China Qinwen Zheng pada perempat final, Minggu WIB.
Namun dengan dia bisa menginjakkan kaki hingga perempat final, setidaknya dia telah memberikan akhir manis dalam turnamen penutupnya tahun ini.
Sebelum tampil di New York, Priska telah mencatat statistik menang-kalah 104-35 dalam kategori tunggal putri, yang menjadikannya petenis junior Indonesia dengan statistik kemenangan terbaik.
Namun rupanya, untuk bisa melaju hingga sejauh itu, Priska telah melewati beberapa turnamen internasional lain selama tahun ini.
Australia Open menjadi turnamen pembuka tahun ini sekaligus debut pertama Priska pada ajang Grand Slam. Namun ia harus terhenti pada babak 16 besar setelah takluk kepada petenis Latvia Kamilla Bartone.
Sekitar tiga pekan sebelum ia melakoni US Open, dia menjadi runner-up di Nanjing, China. Dia juga pernah berlaga di lapangan tanah liat di Roland Garros, Juni lalu. Lagi-lagi ia harus puas sampai putaran kedua kualifikasi.
Sejak itu, pencapaian Priska melaju pesat ketika berlaga pada arena bergengsi Wimbledon dan US Open.
Apa yang telah ditorehkan Priska tampaknya tidak jauh dari keikutsertaannya bergabung dalam GSDF (Grand Slam Development Fund Team), sebuah tim asuhan Federasi Tenis International (ITF) untuk mendapatkan pengalaman bermain di Grand Slam sekaligus meningkatkan kualitasnya dalam bermain.
Perempuan kelahiran Mei 2003 itu dipastikan membela Indonesia pada SEA Games 2019 di Filipina.
Priska sudah mempunyai start manis pada usianya yang masih belia. Tentu saja kita boleh berharap, di kemudian hari dia bisa seperti Bianca Andreescu mengangkat trofi juara US Open setelah mengalahkan sang legenda Serena Williams.
Christo andalan ganda putra
Priska bukan satu-satunya petarung Indonesia yang bisa bermain dalam turnamen sekelas Grand Slam. Seniornya, Christo juga memulai debutnya pada main draw Wimbledon dalam nomor ganda putra.
Masuk kelas profesional pada 2007, Christo sukses menjuarai beberapa turnamen seperti Busan Open dan Gwangju Open 2019, runner up Sofia Open 2019, nomor ganda Da Nang Vietnam 2019, dan Shenzen China 2019, bersama petenis Taiwan Hseih Cheng peng.
Atas prestasinya itu, Christo/Hseih berhak ke babak utama French Open Juni 2019 dan Wimbledon 2019.
Baca juga: Kalahkan Ugo Humbert 6-3, 6-2, 6-3, Djokovic ke perempat final Wimbledon ke-11
“Hasil jerih payah saya terbayar di Grand Slam kemarin,” kata Christo usai kalah di Wimbledon.
Sebelum bermain di Wimbledon, penampilan perdana Christo di Grand Slam adalah tampil di Roland Garros yang menandai penampilan perdana petenis putra Indonesia pada babak utama turnamen level Grand Slam tingkat senior.
Namun di lapangan tanah liat Roland Garros, Christo/Hsieh mesti terhenti pada putaran kedua.
Sementara di Wimbledon, mereka harus tersingkir lebih dulu pada putaran kedua ganda campuran setelah ditundukkan pasangan Polandia-Kroasia Rosolska/Mektic 5-7, 4-6.
Selain French Open dan Wimbledon, US Open adalah ajang Grand Slam ketiganya. Namun Christo/Hseih tak bisa membendung lawannya dari Spanyol, Busta/Lopez, sehingga langsung terjungkal pada putaran pertama di Flushing Meadows itu.
Sama seperti Priska, Christo juga beberapa kali mengikuti turnamen internasional dalam satu tahun ini. Ia menjajal Swedia Open, Geneva Open, dan Austria Open. Namun lagi-lagi, mentok pada babak 16 besar.
Meskipun hanya bisa mencapai putaran pertama atau kedua kualifikasi, Christo yang saat ini berperingkat 70 ganda, mengaku bangga bisa menjadi petenis Indonesia pertama yang mengikuti turnamen Grand Slam. Ia memanfaatkan kemewahan itu untuk mengharumkan nama Indonesia di pentas internasional.
Paling tidak masyarakat Indonesia mengingat Christo saat menyumbangkan medali emas ganda campuran Asian Games 2018 setelah berpasangan dengan Aldila Sutjiadi.
Pria berusia 29 tahun itu menjadi salah satu andalan tenis Indonesia pada SEA Games 2019 di Filipina.
Catatan prestasi itu membuat Priska dan Christo layak menjadi harapan dunia tenis Indonesia karena bagaimanapun mereka telah menjaga asa Indonesia untuk tetap eksis pada tenis level Internasional.
Jika Christo sudah menjadi andalan sektor ganda Indonesia untuk turnamen-turnamen level internasional, maka Priska Nugroho layak menjadi angin segar bagi tenis nasional setelah beberapa tahún belakangan Indonesia kehilangan sosok memikat dalam ajang Grand Slam.
Priska dan Christo, kejutan bagi tenis Indonesia
Minggu, 8 September 2019 10:14 WIB