Pekanbaru (ANTARA) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau tidak akan menangkap seekor harimau Sumatera liar yang telah menewaskan seorang buruh pemanen akasia dari PT Ria Indo Agropalma di Kecamatan Plangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau.
Kepala BBKSDA Riau, Suharyono di Pekanbaru, Jumat, mengatakan tim yang diberangkatkan ke lokasi kejadian lebih banyak melakukan pengawasan dan menenangkan masyarakat.
“Sudah ada tim medis dan pengamanan untuk memantau satwa di sana. Kami belum berencana ambil kebijakan untuk evakuasi (harimau) karena itu memang daerah hidup dia,” tambahnya..
Korban bernama M. Amri berusia 32 tahun pada Kamis tanggal 23 Mei 2019 meninggal dunia akibat diserang oleh harimau Sumatera di Kanal Sekunder 41 PT. RIA di Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil).
Suharyono menjelaskan kemungkinan besar korban benar diserang oleh harimau karena dari kondisi luka fisiknya. Dugaan itu semakin kuat karena di area perusahaan itu masih ke dalam lanskap Kerumutan yang merupakan kantong harimau Sumatera. Selain itu, dalam kurun waktu 1,5 bulan terakhir ini di wilayah itu muncul harimau liar yang keberadaannya sempat terekam video karyawan perusahaan itu.
“Dan saya yakin dia (harimau) gak sendirian, ada beberapa ekor di Landskap Kerumutan,” ujarnya.
Lanskap Kerumutan sebagai salah satu kantong harimau di Riau memang banyak berubah fungsi dari hutan ke perkebunan kelapa sawit, hutan tanaman industri dan permukiman.
Pada 2018 di Lanskap Kerumutan Kecamatan Pelangiran juga terjadi kasus kemunculan harimau sumatera liar yang diberinama Bonita. Harimau sumatera betina ini berkeliaran di areal pemukiman warga dan perkebunan sawit PT Tabung Haji Indo Plantation (THIP), yang merupakan perusahaan asal Malaysia. Selama sekitar empat bulan Bonita berkeliaran dan membuat heboh karena dua kali menerkam dua manusia hingga tewas.
Jumiati, menjadi korban pertama yang meninggal pada awal Januari 2018. Perempuan berusia 33 tahun tersebut diserang Bonita saat bekerja di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni State, Desa Tanjung Simpang, Pelangiran, Indragiri Hilir.
Korban kedua adalah Yusri Efendi (34) yang meregang nyawa di desa yang sama, namun berjarak ekitar 15 kilometer dari lokasi tewasnya Jumiati.
Bonita berhasil dilumpuhkan tim terpadu setelah dua kali ditembak bius pada 20 April 2018. Proses pencarian Bonita mengukir drama tersendiri, hingga yang paling menarik ketika seorang ahli bahasa satwa asal Kanada didatangkan membantu proses penangkapan.
Saat ini Bonita dievakuasi menuju pusat rehabilitasi satwa Dharmasraya, Sumatera Barat. Di pusat rehabilitasi milik Yayasan Arsari Djojohadikusumo tersebut, Bonita diobservasi prilaku yang selama ini dinilai menyimpang karena suka mendekati manusia.