Banjarbaru, (AntaranewsKalsel) - Nilai Tukar Petani (NTP) di Kalimantan Selatan bulan November 2016 tercatat 97,76 atau naik 0,25 persen dibanding nilai tukar petani pada bulan Oktober 2016 yang tercatat sebesar 97,52.
Kepala Badan Pusat Statistik Kalsel, Diah Utami di Kota Banjarbaru, Sabtu mengatakan, kenaikan NTP akibat indeks harga hasil produksi pertanian lebih besar dibanding harga barang/jasa.
"Kenaikan disebabkan indeks yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 0,71 persen dibanding indeks yang dibayar petani yakni sebesar 0,46 persen," ujarnya.
Ia mengatakan, jika dilihat masing-masing subsektor maka tiga subsektor pertanian mengalami kenaikan dan dua subsektor pertanian lainnya mengalami penurunan nilai tukar.
Disebutkan, subsektor mengalami kenaikan adalah subsektor hortikultura 1,23 persen, tanaman perkebunan rakyat 1,39 persen dan subsektor perikanan sebesar 0,13 persen.
"Dua subsektor yang mengalami penurunan nilai tukar yakni subsektor tanaman pangan sebesar 0,12 persen dan subsektor peternakan sebesar 1,05 persen," ungkapnya.
Menurut dia, kenaikan subsektor hortikultura disebabkan naiknya harga komoditas kelompok sayur-sayuran 2,60 persen dan kelompok buah-buahan naik sebesar 1,55 persen.
Kenaikan subsektor tanaman perkebunan rakyat utamanya sebesar 1,39 persen disebabkan oleh kenaikan indeks pada komoditas kelapa dan karet 1,87 persen.
Untuk kenaikan subsektor perikanan karena indeks penangkapan ikan seperti gabus, papuyu, bawal dan tenggiri naik rata-rata 1,14 persen dan kelompok budidaya ikan turun 0,72 persen.
Sementara, penurunan subsektor tanaman pangan akibat indeks kelompok palawija turun sebesar 0,83 persen dan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang tidak berubah.
Sedangkan penurunan subsektor peternakan akibat turunnya harga komoditas ternak kecil 1,32 persen, unggas 1,06 persen dan komoditas hasil ternak turun 1,26 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016
Kepala Badan Pusat Statistik Kalsel, Diah Utami di Kota Banjarbaru, Sabtu mengatakan, kenaikan NTP akibat indeks harga hasil produksi pertanian lebih besar dibanding harga barang/jasa.
"Kenaikan disebabkan indeks yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 0,71 persen dibanding indeks yang dibayar petani yakni sebesar 0,46 persen," ujarnya.
Ia mengatakan, jika dilihat masing-masing subsektor maka tiga subsektor pertanian mengalami kenaikan dan dua subsektor pertanian lainnya mengalami penurunan nilai tukar.
Disebutkan, subsektor mengalami kenaikan adalah subsektor hortikultura 1,23 persen, tanaman perkebunan rakyat 1,39 persen dan subsektor perikanan sebesar 0,13 persen.
"Dua subsektor yang mengalami penurunan nilai tukar yakni subsektor tanaman pangan sebesar 0,12 persen dan subsektor peternakan sebesar 1,05 persen," ungkapnya.
Menurut dia, kenaikan subsektor hortikultura disebabkan naiknya harga komoditas kelompok sayur-sayuran 2,60 persen dan kelompok buah-buahan naik sebesar 1,55 persen.
Kenaikan subsektor tanaman perkebunan rakyat utamanya sebesar 1,39 persen disebabkan oleh kenaikan indeks pada komoditas kelapa dan karet 1,87 persen.
Untuk kenaikan subsektor perikanan karena indeks penangkapan ikan seperti gabus, papuyu, bawal dan tenggiri naik rata-rata 1,14 persen dan kelompok budidaya ikan turun 0,72 persen.
Sementara, penurunan subsektor tanaman pangan akibat indeks kelompok palawija turun sebesar 0,83 persen dan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang tidak berubah.
Sedangkan penurunan subsektor peternakan akibat turunnya harga komoditas ternak kecil 1,32 persen, unggas 1,06 persen dan komoditas hasil ternak turun 1,26 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016