Tanki penyimpanan minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) di berbagai wilayah di Kalimantan penuh setelah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) kesulitan menjual CPO.
Sekretaris Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Cabang Kalsel Hero Setiawan di Banjarmasin, Jumat (9/7), mengatakan kondisi tanki CPO milik perusahaan anggota GAPKI di Kalsel nyaris penuh.
“Secara umum kondisinya sangat mengkhawatirkan, rata-rata tanki penimbunan CPO di Kalsel masih cukup untuk dua mingguan. Kondisi di Kalsel agak lebih baik lantaran tertolong keberadaan pabrik biodiesel yang berlokasi di Kabupaten Tanah Bumbu," katanya, dalam keterangan.
Dijelaskan dia, memang di Kalsel ini ada pabrik biodiesel yang bersedia menerima CPO dari perusahaan-perusahaan sawit di daerah, tapi tentunya pabrik juga mengalami keterbatasan dalam menerima persediaan CPO.
Selain itu, PKW di Kalsel juga mengurangi produksi dengan cara mengatur periode panen, jika biasanya tanaman dipanen enam sampai tujuh hari sekali, kini diundur menjadi delapan sampai sepuluh hari.
Baca juga: Pencabutan larangan ekspor CPO disambut petani dan perusahaan di daerah
“Dengan cara itu masuknya TBS ke PKS kan menjadi berkurang, Itu strategi yang bisa dilakukan sementara ini,” katanya.
Sementara itu, Juru Bicara GAPKI Cabang Kalimantan Timur (Kaltim) Azmal Ridwan mengatakan mengalami persoalan yang serupa, tiga hari sampai lima hari lagi kalau dibiarkan tangki penyimpanan CPO penuh akan jadi masalah.
Menurut dia, sembari menunggu tanki CPO terjual, pihak perusahaan sawit terpaksa mengurangi produksi CPO. Caranya dengan mengatur jadwal panen tandan buah segar (TBS), yang normalnya tujuh sampai delapan hari sekali panen menjadi 12 hari.
“Periode panen biasanya delapan hari, sekarang terpaksa 12 hari. Kalau kita genjot seperti biasa begitu jadi CPO, tangkinya tidak muat,” katanya.
Namun cara ini menimbulkan masalah baru, karena berdampak pada kualitas TBS. Kalau tujuh sampai delapan hari TBS masaknya normal, sedangkan kalau 12 hari masaknya lebih, tidak busuk tetapi masaknya lebih dan ini berpengaruh pada tingkat keasaman CPO yang meningkat.
Padahal tingkat keasaman menjadi salah satu syarat kualitas CPO dan kalau tingkat keasaman CPO tinggi, maka harga CPO juga anjlok. maka besar pengaruhnya terhadap harga.
Baca juga: Komisi II DPRD Kalsel diminta segera selesaikan permasalahan pekebun kelapa sawit
Bagi perusahaan kondisi ini menjadi dilematis sebab kalau produksi normal seperti biasanya, tangki cepat penuh. Jika sudah penuh, otomatis produksi dihentikan.
“Karyawan tidak bekerja, tapi tetap kita gaji. Soalnya bukan dia tidak bekerja, tapi pekerjaannya yang kita stop,” katanya.
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalsel, Suparmi mengatakan kapasitas tanki CPO masing-masing PKS rata-rata tinggal seminggu. Ia berharap cepat ada jalan keluarnya atas persoalan ini dari pemerintah pusat bisa segera membantu kondisi industri sawit.
Di Kalsel ada dua industri biodiesel dengan kapasitas produksi masing-masing 1.500 ton per hari, juga ada pabrik minyak goreng berkapasitas 2.500 ton dan 3.000 ton per hari.
“Pabrik-pabrik industri hilir inilah yang bisa membantu pabrik CPO yang tidak punya industri turunan. Kita masih bersyukur ada industri turunan CPO, tapi tentu tetap tidak bisa langsung menolong PKS-PKS, dan menaikkan harga TBS seperti semula,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022
Sekretaris Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Cabang Kalsel Hero Setiawan di Banjarmasin, Jumat (9/7), mengatakan kondisi tanki CPO milik perusahaan anggota GAPKI di Kalsel nyaris penuh.
“Secara umum kondisinya sangat mengkhawatirkan, rata-rata tanki penimbunan CPO di Kalsel masih cukup untuk dua mingguan. Kondisi di Kalsel agak lebih baik lantaran tertolong keberadaan pabrik biodiesel yang berlokasi di Kabupaten Tanah Bumbu," katanya, dalam keterangan.
Dijelaskan dia, memang di Kalsel ini ada pabrik biodiesel yang bersedia menerima CPO dari perusahaan-perusahaan sawit di daerah, tapi tentunya pabrik juga mengalami keterbatasan dalam menerima persediaan CPO.
Selain itu, PKW di Kalsel juga mengurangi produksi dengan cara mengatur periode panen, jika biasanya tanaman dipanen enam sampai tujuh hari sekali, kini diundur menjadi delapan sampai sepuluh hari.
Baca juga: Pencabutan larangan ekspor CPO disambut petani dan perusahaan di daerah
“Dengan cara itu masuknya TBS ke PKS kan menjadi berkurang, Itu strategi yang bisa dilakukan sementara ini,” katanya.
Sementara itu, Juru Bicara GAPKI Cabang Kalimantan Timur (Kaltim) Azmal Ridwan mengatakan mengalami persoalan yang serupa, tiga hari sampai lima hari lagi kalau dibiarkan tangki penyimpanan CPO penuh akan jadi masalah.
Menurut dia, sembari menunggu tanki CPO terjual, pihak perusahaan sawit terpaksa mengurangi produksi CPO. Caranya dengan mengatur jadwal panen tandan buah segar (TBS), yang normalnya tujuh sampai delapan hari sekali panen menjadi 12 hari.
“Periode panen biasanya delapan hari, sekarang terpaksa 12 hari. Kalau kita genjot seperti biasa begitu jadi CPO, tangkinya tidak muat,” katanya.
Namun cara ini menimbulkan masalah baru, karena berdampak pada kualitas TBS. Kalau tujuh sampai delapan hari TBS masaknya normal, sedangkan kalau 12 hari masaknya lebih, tidak busuk tetapi masaknya lebih dan ini berpengaruh pada tingkat keasaman CPO yang meningkat.
Padahal tingkat keasaman menjadi salah satu syarat kualitas CPO dan kalau tingkat keasaman CPO tinggi, maka harga CPO juga anjlok. maka besar pengaruhnya terhadap harga.
Baca juga: Komisi II DPRD Kalsel diminta segera selesaikan permasalahan pekebun kelapa sawit
Bagi perusahaan kondisi ini menjadi dilematis sebab kalau produksi normal seperti biasanya, tangki cepat penuh. Jika sudah penuh, otomatis produksi dihentikan.
“Karyawan tidak bekerja, tapi tetap kita gaji. Soalnya bukan dia tidak bekerja, tapi pekerjaannya yang kita stop,” katanya.
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalsel, Suparmi mengatakan kapasitas tanki CPO masing-masing PKS rata-rata tinggal seminggu. Ia berharap cepat ada jalan keluarnya atas persoalan ini dari pemerintah pusat bisa segera membantu kondisi industri sawit.
Di Kalsel ada dua industri biodiesel dengan kapasitas produksi masing-masing 1.500 ton per hari, juga ada pabrik minyak goreng berkapasitas 2.500 ton dan 3.000 ton per hari.
“Pabrik-pabrik industri hilir inilah yang bisa membantu pabrik CPO yang tidak punya industri turunan. Kita masih bersyukur ada industri turunan CPO, tapi tentu tetap tidak bisa langsung menolong PKS-PKS, dan menaikkan harga TBS seperti semula,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022