Petani cabai rawit hiyung di Kabupaten Tapin, meraup untung saat terjadi kenaikan harga cabai rawit di Kalimantan Selatan.
"Saat ini lebih untung, karena harga cabai rawit di pasaran lokal mahal," ujar Ketua Kelompok Tani Karya Baru Junaidi, Sabtu, mengabarkan kepada ANTARA.
Saat ini, kata dia, harga pasaran cabai rawit di lokal Kalsel sudah mencapai Rp100 ribu-Rp120 ribu per kg. Harga sebelumnya berkisar Rp60 ribu-Rp70 ribu.
"Harga jual di petani kita sekarang di kisaran Rp90-Rp100 ribu. Tahun lalu harganya Rp35 ribu per kg," ujarnya.
Cabai rawit hiyung, yang sejak beberapa tahun silam dinobatkan sebagai cabai rawit terpedas di Indonesia itu, kata dia, cuma punya selisih harga sekitar Rp10 ribu di pasaran.
"Para pembeli datang langsung ke sini. Mereka dari berbagai daerah di Kalsel," ujarnya.
Saat ini ketersediaan cabai rawit khas Desa Hiyung di lahan rawa lebak itu, kata Junaidi, dipanen bertahap dan bisa bertahan sampai Desember mendatang.
Cabai unik yang hanya bisa tumbuh maksimal di desa itu, kata dia, saat ini sudah memasuki musim panen, luas lahan 148 hektar.
"Baru 25 persen lahan yang di panen. Bisa sampai 20 kali panen," ujarnya.
Saat panen pertama ini, kata dia, untuk satu hektar bisa mendapatkan 35 kg cabai rawit hiyung.
Di sentra cabai rawit hiyung, kata dia, terdapat 250 petani yang menanam di lahan seluas 148 hektar itu.
Sedangkan, untuk kebutuhan di rumah produksi cabai rawit hiyung, kata dia, hanya memerlukan satu ton cabai basah untuk dijual dalam bentuk kemasan berbagai macam olahan.
"Jadi masih bisa memenuhi kebutuhan cabai basah," ujarnya.
Terkait, kenaikan harga tersebut, kata Junaidi, diharapkan petani tetap bertahan sampai habis waktu panen.
Berita terkait: Pelestarian dan tumbuh kembang cabai Hiyung perlu bantuan pemerintah
Berita terkait: Dirjen Hortikultura Kementan RI puji pengolahan cabai rawit hiyung Tapin
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022
"Saat ini lebih untung, karena harga cabai rawit di pasaran lokal mahal," ujar Ketua Kelompok Tani Karya Baru Junaidi, Sabtu, mengabarkan kepada ANTARA.
Saat ini, kata dia, harga pasaran cabai rawit di lokal Kalsel sudah mencapai Rp100 ribu-Rp120 ribu per kg. Harga sebelumnya berkisar Rp60 ribu-Rp70 ribu.
"Harga jual di petani kita sekarang di kisaran Rp90-Rp100 ribu. Tahun lalu harganya Rp35 ribu per kg," ujarnya.
Cabai rawit hiyung, yang sejak beberapa tahun silam dinobatkan sebagai cabai rawit terpedas di Indonesia itu, kata dia, cuma punya selisih harga sekitar Rp10 ribu di pasaran.
"Para pembeli datang langsung ke sini. Mereka dari berbagai daerah di Kalsel," ujarnya.
Saat ini ketersediaan cabai rawit khas Desa Hiyung di lahan rawa lebak itu, kata Junaidi, dipanen bertahap dan bisa bertahan sampai Desember mendatang.
Cabai unik yang hanya bisa tumbuh maksimal di desa itu, kata dia, saat ini sudah memasuki musim panen, luas lahan 148 hektar.
"Baru 25 persen lahan yang di panen. Bisa sampai 20 kali panen," ujarnya.
Saat panen pertama ini, kata dia, untuk satu hektar bisa mendapatkan 35 kg cabai rawit hiyung.
Di sentra cabai rawit hiyung, kata dia, terdapat 250 petani yang menanam di lahan seluas 148 hektar itu.
Sedangkan, untuk kebutuhan di rumah produksi cabai rawit hiyung, kata dia, hanya memerlukan satu ton cabai basah untuk dijual dalam bentuk kemasan berbagai macam olahan.
"Jadi masih bisa memenuhi kebutuhan cabai basah," ujarnya.
Terkait, kenaikan harga tersebut, kata Junaidi, diharapkan petani tetap bertahan sampai habis waktu panen.
Berita terkait: Pelestarian dan tumbuh kembang cabai Hiyung perlu bantuan pemerintah
Berita terkait: Dirjen Hortikultura Kementan RI puji pengolahan cabai rawit hiyung Tapin
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022