Akibat hujan yang mengguyur pada Rabu dan Kamis (30/1) di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), mengakibatkan bencana diantaranya sungai meluap.
Selain itu, akibat angin kencang juga menumbangkan pohon. Tanah longsor juga terjadi dan akibat luapan sungai menghanyutkan raba atau sampah pohon bambu dan kayu menabrak jembatan.
Pohon jambu yang berdiameter 30 cm tumbang dan menerpa ruang kelas SD Negeri 2 Rangas yang ada di Kecamatan pada Kamis (30/1) Kecamatan Batang Alai Selatan (BAS).
Baca juga: Pembangunan jalan lintas HST-HSU menjadi prioritas Musrenbang Kecamatan Pandawan
“Pada hari Kamis (30/1) sekitar Pukul 15.30 wita pohon itu tumbang. Beruntung, kegiatan belajar mengajar sudah selesai, sehingga tidak menimbulkan korban jiwa. Hanya merusak sebagian bangunan kelas satu dan terasnya saja," kata Kepala SDN 2 Rangas, H Rusdiansyah.
Sementara di malam harinya. Tanah di salah satu tebing bagian kanan jalan menuju Desa Patikalain, Kecamatan Hantakan, bergeser akibat hujan yang mengguyur. Longsor pun terjadi. Menutup ruas jalan sepanjang 15 meter.
Babinsa Desa Patikalain, Serda Sanu menerangkan, kejadian tersebut cukup menyulitkan masyarakat setempat. Baik masyarakat yang hendak beraktivitas ke kebun maupun anak-anak yang ingin pergi ke sekolah di pagi harinya.
Baca juga: Prihatin, Rumah Tahanan Barabai tidak dilengkapi CCTV
“Alhamdulillah, sudah teratasi berkat gotong-royong bersama masyarakat. Sekarang, jalan sudah dapat dilalui dengan baik dan aktivitas warga tidak terganggu lagi," ungkapnya.
Sementara itu. Pada Jumat (31/1), debit air Sungai Barabai meninggi sejak pagi. Di beberapa kawasan, luapan air sungai pun tampak. Sebagai contoh, di Desa Jaranih, Kecamatan Pandawan. Sebagian ruas jalan tampak tergenang. Tingginya, melebihi mata kaki orang dewasa.
“Genangan air ini sudah dari hari Kamis. Kalau hujan kembali turun, bisa semakin meluap," tutur Ipit, seorang warga Desa Jaranih.
Baca juga: Polres HST bekuk tiga tersangka narkoba, satu orang sembunyi di WC Langgar
Bergeser ke desa tetangganya, yaitu Desa Masiraan, debit air yang meninggi disertai arusnya yang deras, menghanyutkan potongan-potongan kayu dan bambu. Kemudian, menghantam sebuah jembatan gantung. Peristiwa terjadi tepat pada pukul 11.00 wita.
Tak ayal, jembatan gantung yang menjadi salah satu akses warga desa itu tampak miring. Lantai-lantai kayu jembatan tampak terangkat dan mengeluarkan bunyi berderak. Kondisi yang dipandang cukup mengkhawatirkan apabila tidak cepat ditangani.
Kepala Desa Masiraan, Syamsuddin, mengkhawatirkan, jembatan bakal putus apabila dibiarkan. Apabila raba yang menghantam tidak lekas dibersihkan.
Baca juga: Bantuan terus mengalir, nenek di Datar Ajab dibangunkan rumah oleh masyarakat HST
"Kalau sampai putus, raba bakal kembali hanyut dan menghantam jembatan gantung lainnya lagi," katanya.
Jembatan gantung lainnya yang dimaksud, hanya berjarak beberapa meter dari lokasi jembatan yang dihantam raba.
Syamsuddin menambahkan, bila raba sampai hanyut ke jembatan sebelahnya, dapat mengakibatkan kerusakan, maka warga yang tinggal di seberang sungai bakal terisolasi.
Baca juga: Inspirasi Bisnis - Petani dari HST raup omset ratusan juta dari rambutan
"Ini sudah kedua kalinya raba menghantam jembatan. Jalan memutar memang ada. Tapi lumayan jauh dan cukup memakan waktu," kata Syamsuddin.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten HST, Budi Haryanto, saat dikonfirmasi mengatakan, bahwa pihaknya sudah menginstruksikan petugas untuk menangani raba yang menghantam jembatan gantung di Desa Masiraan.
"Petugas kami sudah meluncur ke lokasi dan akan berusaha mencarikan solusi untuk membersihkan raba-raba yang menghantam jembatan," ucapnya.
Baca juga: Pedagang mainan di Barabai ini ditangkap karena nyambi jualan obat haram
Selain di Desa Masiraan, tumpukan raba juga terlihat di kawasan Desa Bukat, Kecamatan Barabai. Petugas BPBD, jajaran TNI, beserta warga bahu membahu membersihkan tumpukan raba dari sungai, agar tidak hanyut ke tempat lain.
Meski beberapa kejadian tersebut tidak menimbulkan korban jiwa, BPBD Kabupaten HST terus mengingatkan agar masyarakat di Bumi Murakata untuk tetap waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan.
Baca juga: DPRD HST pertanyakan BUMD Murakata yang belum jalan
"Kami juga akan terus memantau daerah-daerah yang rawan terpapar bencana," tambah Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten HST, Budi Haryanto.
Terhitung sejak tanggal 7 Januari sampai hingga tanggal 7 bulan April 2020 mendatang, Pemerintah Kabupaten HST, melalui BPBD beserta instansi terkait, sudah menyiapkan posko siaga bencana dan menetapkan status menjadi siaga. Dari bencana banjir, bencana tanah longsor dan angin puting beliung.
"Kami juga mengharapkan semua elemen masyarakat untuk saling membantu dan menginformasikan apabila terjadi hal yang tidak diinginkan," kata Budi.
Baca juga: 279 orang HST alami gangguan jiwa, ini penyebabnya
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
Selain itu, akibat angin kencang juga menumbangkan pohon. Tanah longsor juga terjadi dan akibat luapan sungai menghanyutkan raba atau sampah pohon bambu dan kayu menabrak jembatan.
Pohon jambu yang berdiameter 30 cm tumbang dan menerpa ruang kelas SD Negeri 2 Rangas yang ada di Kecamatan pada Kamis (30/1) Kecamatan Batang Alai Selatan (BAS).
Baca juga: Pembangunan jalan lintas HST-HSU menjadi prioritas Musrenbang Kecamatan Pandawan
“Pada hari Kamis (30/1) sekitar Pukul 15.30 wita pohon itu tumbang. Beruntung, kegiatan belajar mengajar sudah selesai, sehingga tidak menimbulkan korban jiwa. Hanya merusak sebagian bangunan kelas satu dan terasnya saja," kata Kepala SDN 2 Rangas, H Rusdiansyah.
Sementara di malam harinya. Tanah di salah satu tebing bagian kanan jalan menuju Desa Patikalain, Kecamatan Hantakan, bergeser akibat hujan yang mengguyur. Longsor pun terjadi. Menutup ruas jalan sepanjang 15 meter.
Babinsa Desa Patikalain, Serda Sanu menerangkan, kejadian tersebut cukup menyulitkan masyarakat setempat. Baik masyarakat yang hendak beraktivitas ke kebun maupun anak-anak yang ingin pergi ke sekolah di pagi harinya.
Baca juga: Prihatin, Rumah Tahanan Barabai tidak dilengkapi CCTV
“Alhamdulillah, sudah teratasi berkat gotong-royong bersama masyarakat. Sekarang, jalan sudah dapat dilalui dengan baik dan aktivitas warga tidak terganggu lagi," ungkapnya.
Sementara itu. Pada Jumat (31/1), debit air Sungai Barabai meninggi sejak pagi. Di beberapa kawasan, luapan air sungai pun tampak. Sebagai contoh, di Desa Jaranih, Kecamatan Pandawan. Sebagian ruas jalan tampak tergenang. Tingginya, melebihi mata kaki orang dewasa.
“Genangan air ini sudah dari hari Kamis. Kalau hujan kembali turun, bisa semakin meluap," tutur Ipit, seorang warga Desa Jaranih.
Baca juga: Polres HST bekuk tiga tersangka narkoba, satu orang sembunyi di WC Langgar
Bergeser ke desa tetangganya, yaitu Desa Masiraan, debit air yang meninggi disertai arusnya yang deras, menghanyutkan potongan-potongan kayu dan bambu. Kemudian, menghantam sebuah jembatan gantung. Peristiwa terjadi tepat pada pukul 11.00 wita.
Tak ayal, jembatan gantung yang menjadi salah satu akses warga desa itu tampak miring. Lantai-lantai kayu jembatan tampak terangkat dan mengeluarkan bunyi berderak. Kondisi yang dipandang cukup mengkhawatirkan apabila tidak cepat ditangani.
Kepala Desa Masiraan, Syamsuddin, mengkhawatirkan, jembatan bakal putus apabila dibiarkan. Apabila raba yang menghantam tidak lekas dibersihkan.
Baca juga: Bantuan terus mengalir, nenek di Datar Ajab dibangunkan rumah oleh masyarakat HST
"Kalau sampai putus, raba bakal kembali hanyut dan menghantam jembatan gantung lainnya lagi," katanya.
Jembatan gantung lainnya yang dimaksud, hanya berjarak beberapa meter dari lokasi jembatan yang dihantam raba.
Syamsuddin menambahkan, bila raba sampai hanyut ke jembatan sebelahnya, dapat mengakibatkan kerusakan, maka warga yang tinggal di seberang sungai bakal terisolasi.
Baca juga: Inspirasi Bisnis - Petani dari HST raup omset ratusan juta dari rambutan
"Ini sudah kedua kalinya raba menghantam jembatan. Jalan memutar memang ada. Tapi lumayan jauh dan cukup memakan waktu," kata Syamsuddin.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten HST, Budi Haryanto, saat dikonfirmasi mengatakan, bahwa pihaknya sudah menginstruksikan petugas untuk menangani raba yang menghantam jembatan gantung di Desa Masiraan.
"Petugas kami sudah meluncur ke lokasi dan akan berusaha mencarikan solusi untuk membersihkan raba-raba yang menghantam jembatan," ucapnya.
Baca juga: Pedagang mainan di Barabai ini ditangkap karena nyambi jualan obat haram
Selain di Desa Masiraan, tumpukan raba juga terlihat di kawasan Desa Bukat, Kecamatan Barabai. Petugas BPBD, jajaran TNI, beserta warga bahu membahu membersihkan tumpukan raba dari sungai, agar tidak hanyut ke tempat lain.
Meski beberapa kejadian tersebut tidak menimbulkan korban jiwa, BPBD Kabupaten HST terus mengingatkan agar masyarakat di Bumi Murakata untuk tetap waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan.
Baca juga: DPRD HST pertanyakan BUMD Murakata yang belum jalan
"Kami juga akan terus memantau daerah-daerah yang rawan terpapar bencana," tambah Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten HST, Budi Haryanto.
Terhitung sejak tanggal 7 Januari sampai hingga tanggal 7 bulan April 2020 mendatang, Pemerintah Kabupaten HST, melalui BPBD beserta instansi terkait, sudah menyiapkan posko siaga bencana dan menetapkan status menjadi siaga. Dari bencana banjir, bencana tanah longsor dan angin puting beliung.
"Kami juga mengharapkan semua elemen masyarakat untuk saling membantu dan menginformasikan apabila terjadi hal yang tidak diinginkan," kata Budi.
Baca juga: 279 orang HST alami gangguan jiwa, ini penyebabnya
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020