Pengamat sosial politik Kalimantan Selatan (Kalsel) Dr Taufik Arbain berpendapat, kaum perempuan di provinsinya berprospek dalam kepemimpinan politik.
Datuk Cendekia dalam Kesulitan Banjar Kalsel masa kini mengemukakan pendapatnya di Banjarmasin, Selasa dengan melihat fenomena perpolitikan kaum perempuan provinsinya pada beberapa tahun belakangan.
Baca juga: Noormiliyani perempuan pertama kalsel jadi bupati
"Tampaknya sosial kultural masyarakat Banjar Kalsel dapat menerima kepemimpinan seorang perempuan dalam dunia perpolitikan," ujar akademisi Universitas Lambung Mangkurat (ULM dulu singkatannya Unlam) Banjarmasin tersebut.
"Tampaknya masyarakat Banjar Kalsel, terutama kaum Muslim dapat memisahkan seorang imamah (pemimpin) dalam ritual Islam seperti shalat dengan pemimpin dalam dunia perpolitikan," lanjut dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unlam itu.
Menurut dia, perempuan Kalsel dalam beberapa tahun terakhir banyak yang terjun atau melakukan pengabdian melalui dunia politik, seperti menjadi atau mencalon anggota legislatif, baik tingkat pusat maupun daerah.
Baca juga: Keterwakilan perempuan di DPRD meningkat
"Contoh dari hasil Pemilu 2019 keterwakilan kaum perempuan di DPRD Kalsel meningkat dari sembilan pada periode 2014 - 2019 (itupun ada yang pengganti antarwaktu), kini menjadi 11 orang. Hal tersebut menunjukkan kemajuan kaum perempuan Kalsel dalam dunia politik," ujarnya.
"Sebelumnya lagi atau hasil Pemilu 2014 menempatkan perempuan sebagai Ketua DPRD di Kalsel, seperti tingkat provinsi Hj Noomiliyani AS dari Partai Golkar, dan DPRD Kabupaten Kotabaru dari Partai NasDem," lanjutnya.
Kemudian hasil Pemilu 2019, dua orang perempuan menduduki jabatan Wakil Ketua DPRD Kalsel masing-masing Hj Mariana dari Partai Gerindra dan Hj Karmila asal Partai Amanat Nasional (PAN).
Baca juga: Gubernur Kalsel : Ibu Ani inspirasi kemajuan perempuan
Selain itu, perempuan Kalsel juga berani ikut pemilihan kepala daerah (Pilkada) dan membuahkan hasil, lanjut Taufik Arbain yang juga Staf Khusus Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor atau akrab dengan sapaan Paman Birin.
Sebagai contoh keberhasilan Hj Noomiliyani SH binti H Aberani Sulaiman ikut Pilkada Batola, Kalsel, sehingga "Srikandi" Partai Golkar itu menjadi orang nomor satu di jajaran pemerintah kabupaten (Pemkab) tersebut.
Keberhasilan putri pejuang asal Birayang Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalsel itu menjadi Bupati Batola menginspirasi perempuan lain di provinsi yang terdiri atas 13 kabupaten/kota tersebut untuk dalam Pilkada mendatang.
Baca juga: Keterwakilan perempuan di DPRD Kalsel meningkatnya
Seperti halnya Hj Ananda yang kini Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Kota Banjarmasin juga mau ikut Pilkada setempat yang pelaksanaannya bersamaan dengan enam kabupaten/kota di provinsi itu 2020.
"Berkaca pada fenomena perpolitikan belakangan ini, terutama di Kalsel, Srikandi Golkar 'kota seribu sungai' Banjarmasin itu bisa dalam Pilkada mendatang," demikian Taufik Arbain.
Pada kesempatan terpisah, Ananda menyatakan kesiapannya ikut Pilkada Kota Banjarmasin 2020 sesuai petunjuk atau amanah organisasi/Partai Golkar.
"Ulun (saya, namun kata Ulun sebuah penyebutan santun dari masyarakat Banjar Kalsel terhadap yang tua atau dianggap dihormati) ini ibaratkan kunci, 'kunci Inggris' artinya serba bisa. Tapi bukan linggis lo," ucapnya.
Namun dengan merendahkan diri pula, mantan Ketua DPRD Kota Banjarmasin tersebut mengaku, sesuai takaran dirinya cuma mampu sebagai Wakil Wali Kota, bukan Banjarmasin satu.
"Jadi Ulun nanti berpasangan dengan siapapun tidak masalah. Apakah dengan petahana Bapak Ibnu Sina dari PKS atau yang lainnya," ucap perempuan yang menyandang gelar dokter tersebut.
Baca juga: Adaro inginkan ada perempuan hebat kalsel
"Memang sesuai petunjuk pelaksanaan (Juklak) organisasi Partai Golkar Nomor 6 Tahun 2016, setiap Ketua DPD yang ikut dalam Pilkada dianjurkan mencalon kepala daerah. Tetapi itu semua terserah partai, dan Ulun manut," demikian Ananda.
Baca juga: Perempuan Garbi banjarmasin demo masak sambut ramadhanGy
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Datuk Cendekia dalam Kesulitan Banjar Kalsel masa kini mengemukakan pendapatnya di Banjarmasin, Selasa dengan melihat fenomena perpolitikan kaum perempuan provinsinya pada beberapa tahun belakangan.
Baca juga: Noormiliyani perempuan pertama kalsel jadi bupati
"Tampaknya sosial kultural masyarakat Banjar Kalsel dapat menerima kepemimpinan seorang perempuan dalam dunia perpolitikan," ujar akademisi Universitas Lambung Mangkurat (ULM dulu singkatannya Unlam) Banjarmasin tersebut.
"Tampaknya masyarakat Banjar Kalsel, terutama kaum Muslim dapat memisahkan seorang imamah (pemimpin) dalam ritual Islam seperti shalat dengan pemimpin dalam dunia perpolitikan," lanjut dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unlam itu.
Menurut dia, perempuan Kalsel dalam beberapa tahun terakhir banyak yang terjun atau melakukan pengabdian melalui dunia politik, seperti menjadi atau mencalon anggota legislatif, baik tingkat pusat maupun daerah.
Baca juga: Keterwakilan perempuan di DPRD meningkat
"Contoh dari hasil Pemilu 2019 keterwakilan kaum perempuan di DPRD Kalsel meningkat dari sembilan pada periode 2014 - 2019 (itupun ada yang pengganti antarwaktu), kini menjadi 11 orang. Hal tersebut menunjukkan kemajuan kaum perempuan Kalsel dalam dunia politik," ujarnya.
"Sebelumnya lagi atau hasil Pemilu 2014 menempatkan perempuan sebagai Ketua DPRD di Kalsel, seperti tingkat provinsi Hj Noomiliyani AS dari Partai Golkar, dan DPRD Kabupaten Kotabaru dari Partai NasDem," lanjutnya.
Kemudian hasil Pemilu 2019, dua orang perempuan menduduki jabatan Wakil Ketua DPRD Kalsel masing-masing Hj Mariana dari Partai Gerindra dan Hj Karmila asal Partai Amanat Nasional (PAN).
Baca juga: Gubernur Kalsel : Ibu Ani inspirasi kemajuan perempuan
Selain itu, perempuan Kalsel juga berani ikut pemilihan kepala daerah (Pilkada) dan membuahkan hasil, lanjut Taufik Arbain yang juga Staf Khusus Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor atau akrab dengan sapaan Paman Birin.
Sebagai contoh keberhasilan Hj Noomiliyani SH binti H Aberani Sulaiman ikut Pilkada Batola, Kalsel, sehingga "Srikandi" Partai Golkar itu menjadi orang nomor satu di jajaran pemerintah kabupaten (Pemkab) tersebut.
Keberhasilan putri pejuang asal Birayang Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalsel itu menjadi Bupati Batola menginspirasi perempuan lain di provinsi yang terdiri atas 13 kabupaten/kota tersebut untuk dalam Pilkada mendatang.
Baca juga: Keterwakilan perempuan di DPRD Kalsel meningkatnya
Seperti halnya Hj Ananda yang kini Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Kota Banjarmasin juga mau ikut Pilkada setempat yang pelaksanaannya bersamaan dengan enam kabupaten/kota di provinsi itu 2020.
"Berkaca pada fenomena perpolitikan belakangan ini, terutama di Kalsel, Srikandi Golkar 'kota seribu sungai' Banjarmasin itu bisa dalam Pilkada mendatang," demikian Taufik Arbain.
Pada kesempatan terpisah, Ananda menyatakan kesiapannya ikut Pilkada Kota Banjarmasin 2020 sesuai petunjuk atau amanah organisasi/Partai Golkar.
"Ulun (saya, namun kata Ulun sebuah penyebutan santun dari masyarakat Banjar Kalsel terhadap yang tua atau dianggap dihormati) ini ibaratkan kunci, 'kunci Inggris' artinya serba bisa. Tapi bukan linggis lo," ucapnya.
Namun dengan merendahkan diri pula, mantan Ketua DPRD Kota Banjarmasin tersebut mengaku, sesuai takaran dirinya cuma mampu sebagai Wakil Wali Kota, bukan Banjarmasin satu.
"Jadi Ulun nanti berpasangan dengan siapapun tidak masalah. Apakah dengan petahana Bapak Ibnu Sina dari PKS atau yang lainnya," ucap perempuan yang menyandang gelar dokter tersebut.
Baca juga: Adaro inginkan ada perempuan hebat kalsel
"Memang sesuai petunjuk pelaksanaan (Juklak) organisasi Partai Golkar Nomor 6 Tahun 2016, setiap Ketua DPD yang ikut dalam Pilkada dianjurkan mencalon kepala daerah. Tetapi itu semua terserah partai, dan Ulun manut," demikian Ananda.
Baca juga: Perempuan Garbi banjarmasin demo masak sambut ramadhanGy
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019