Washington (ANTARA) - Menteri Keuangan Jepang Taro Aso pada Jumat (12/4/2019) mendesak negara-negara anggota Kelompok Dua Puluh (G20) untuk memperhatikan kemungkinan meningkatnya ketegangan perdagangan karena ekonomi global terus melambat, dengan banyak tantangan ke depan.
"Keseimbangan risiko-risiko tetap condong ke sisi negatifnya," kata Aso dalam konferensi pers setelah pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20, yang diadakan di sela-sela Pertemuan Musim Semi 2019 dari IMF dan Bank Dunia.
"Kita juga harus mewaspadai kemungkinan meningkatnya ketegangan perdagangan, ketidakpastian kebijakan, dan risiko-risiko geopolitik serta pengetatan tajam tiba-tiba pada kondisi-kondisi pembiayaan, dengan latar belakang kerentanan keuangan yang meningkat," kata Aso, yang juga wakil perdana menteri Jepang.
Aso mengatakan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 bertemu untuk pertama kalinya pada Kamis (11/4/2019) dan Jumat (12/4/2019) di bawah kepresidenan G20 Jepang, dan meminta para anggota untuk bersama-sama mengatasi masalah seperti ketidakseimbangan global dan penuaan.
Dana Moneter Internasional (IMF) pada Selasa (9/4/2019) menurunkan perkiraan pertumbuhan global untuk 2019 menjadi 3,3 persen dalam laporan World Economic Outlook (WEO) yang baru dirilis, turun 0,2 poin persentase dari estimasi pada Januari.
Laporan WEO juga memperingatkan tentang risiko-risiko penurunan, yang termasuk ketegangan perdagangan, Brexit tanpa kesepakatan, serta kerentanan keuangan yang signifikan terkait dengan utang sektor swasta dan publik yang besar di beberapa negara.
Direktur pelaksana IMF Christine Lagarde pada Kamis (11/4/2019) mendesak para pembuat kebijakan untuk "tidak melakukan sesuatu yang membahayakan" dan menghindari kebijakan-kebijakan perdagangan yang salah, karena ekonomi global mengalami perlambatan berbasis luas dengan prospek rebound "tidak tentu".
Jepang desak G20 waspadai ketegangan perdagangan
Sabtu, 13 April 2019 8:22 WIB
Kita juga harus mewaspadai kemungkinan meningkatnya ketegangan perdagangan, ketidakpastian kebijakan, dan risiko-risiko geopolitik serta pengetatan tajam tiba-tiba pada kondisi-kondisi pembiayaan,