Hujan deras yang berlangsung hampir sepekan terakhir di wilayah Kotabaru, Kalimantan Selatan, dan sekitarnya dikhawatirkan dapat mengancam gabah petani memburuk dan hitam, karena tidak mendapatkan sinar matahari.
Arifin, petani di Kelumpang Selatan Kotabaru, Rabu terlihat resah karena gabah yang baru dipanen hingga kini belum mendapatkan panas matahari yang cukup.
"Kami khawatir, apabila tidak mendapatkan panas yang cukup berasnya akan rusak," kata Arifin.
Akibatnya, berton-ton gabah yang sudah dipisahkan dari tangkainya itu dibiarkan "menggunung" di halaman rumah dengan ditutupi plastik terpal.
Menurut sejumlah petani, apabila lebih dari sepekan tidak kering dan mendapatkan panas yang cukup, maka gabah tersebut jika digiling akan rusak dan berwarna kuning.
Untuk mengurangi resiko beras hancur dan berwarna kuning, petani di Bumi Asih Kelumpang Selatan ini mencoba membolak-balik gabah agar terkena angin.
"Lumayan, gabah yang terlihat basah airnya mulai mengering," katanya.
Sebagian petani berharap, Dinas Pertanian Kotabaru memberikan bantuan alat pengering gabah yang bisa dioperasikan secara manual.
"Sebaik apapun pengelolaan tanam hingga panen, kalau pascapanen tidak dikelola dengan baik, hasil akhirnya tetap saja buruk, dan petani tetap akan menderita kerugian," kata petani.
Kepala Bulog Kotabaru Rony Hadianto, mengatakan, pengelolaan pascapanen juga memiliki peran penting untuk mendapatkan hasil maksimal.
"Karena baik dan buruknya beras tergantung dari pengelolaan pascapanen," kata Rony.
Bulog, kata dia, hanya akan membeli beras petani yang memenuhi standar mutu, diantaranya mengandung butir patah maksimal 20 persen, kadar menir dua persen, derajat sosoh 95 persen, dan kadar air 14 persen.
Apabila beras petani memenuhi kreteria tersebut, Bulog Kotabaru siap membeli dengan harga Rp6.600 per kg.
 Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Kotabaru H Zuhariril hingga saat ini belum berhasil diikonfirmasi terkait keinginan petani di Kotabaru/C/D.