Rektor ULM Prof Dr H Sutarto Hadi mengatakan, kehadiran Guru Besar Institut Teknologi Bandung itu sebagai pemanasan dari serangkaian Focus Group Discussion yang digelar dalam beberapa hari kedepan.
"Pak Purnomo kami nilai adalah pakar paling cocok dan berkompeten, apalagi beliau pernah menjabat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dan juga Menteri Pertahanan," terang Sutarto, Kamis.
![](https://bimg.antaranews.com/cache/kalsel/730x487/2018/08/25e.jpg)
Hasil dari pembahasan para pakar bidang ketahanan energi nantinya, menjadi rumusan untuk bahan masukan dan pertimbangan presiden dari FRI dalam rangka menyusun rencana pembangunan tahun 2019 mendatang.
Sutarto berpendapat, industri di Indonesia harus mulai bergeser ke luar Pulau Jawa, sehingga bonus demografi betul-betul dimanfaatkan untuk kemajuan bangsa dan kemakmuran rakyat.
"Pulau Kalimantan ini contohnya sebagai lumbung energi. Sekarang bagaimana upaya kita menyiapkan sumber energi murah. Seperti diketahui PLN menjual listrik termasuk termahal di dunia karena sumber energi yang digunakan bahan bakar fosil," bebernya.
![](https://bimg.antaranews.com/cache/kalsel/730x487/2018/08/20180802_101819.jpg)
Universitas Sebelas Maret (UNS). Dimana ITS yang mengembangkan kendaraan listrik akan ditopang UNS dalam pengembangan baterainya dan ULM pemasok lithium deposit yang banyak terdapat di Kabupaten Tanah Laut sebagai bahan bakunya.
Sementara Rochmat Wahab mengakui, Indonesia masih sangat minim memanfaatkan sumber energi yang sebenarnya berlimpah dan mudah didapatkan.
Seperti energi matahari yang dapat diubah menjadi energi listrik dengan menggunakan panel sel surya (solar cells).
"Kita sangat diuntungkan berada di garis khatulistiwa. Jadi barang kali kita belum mengoptimalkan apa yang ada di sekitar, sehingga tidak harus menggali dari bawah. Dan kampus punya tanggung jawab moral untuk menawarkan ide-ide baru terkait ketahanan energi," pungkasnya.
![](https://bimg.antaranews.com/cache/kalsel/730x487/2018/08/12e_1.jpg)