Kandangan (ANTARA) - Sekretaris Daerah Hulu Sungai Selatan (Sekda HSS), Kalimantan Selatan (Kalsel), H. Muhammad Noor menyatakan kegiatan Bahtsul Masail menjadi forum penting dalam mengembangkan ilmu keagamaan sekaligus menjawab berbagai persoalan umat yang terus berkembang seiring dinamika zaman.
Hal tersebut disampaikan Sekda HSS saat membuka kegiatan Bahtsul Masail Tahun 2025 di Pondok Pesantren Dalam Pagar (Dalpa), Kandangan, Senin.
Baca juga: Ribuan pemain beradu lomba permainan rakyat di HSS
Kegiatan dibuka bersama Pimpinan Ponpes Dalpa Kandangan Tuan Guru Haji (TGH) Ahmad Syairazi, Ketua MUI HSS TGH Muhammad Jaelani, Ketua FKPP HSS Ustadz Fahmi, serta perwakilan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten HSS.
“Bahtsul Masail merupakan forum ilmiah keagamaan yang sangat penting, tidak hanya untuk menggali dan merumuskan hukum-hukum Islam, tetapi juga sebagai sarana melatih tradisi berpikir kritis, mendalam, dan bertanggung jawab yang berlandaskan Al-Qur’an, Hadis, serta pendapat para ulama,” ujar Muhammad Noor.
Menurut dia, Bahtsul Masail memiliki peran strategis dalam membahas berbagai persoalan kontemporer, baik di bidang keagamaan, sosial, ekonomi, maupun kemasyarakatan, dengan merujuk pada kitab klasik (turats) guna merumuskan solusi hukum Islam yang relevan dengan perkembangan zaman.
Oleh karena itu, kegiatan tersebut dinilai sebagai wujud nyata kontribusi pondok pesantren dalam menjaga nilai-nilai keislaman, memperkuat moderasi beragama, serta menciptakan ketenteraman dalam kehidupan bermasyarakat.
Baca juga: Sekda HSS pimpin rakor dan sosialisasi evaluasi BLUD 2025
“Pondok pesantren adalah benteng moral bangsa. Dari pesantren lahir generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara spiritual dan berakhlak mulia,” ucapnya.
Sekda HSS berharap dari forum Bahtsul Masail ini akan lahir pemikiran keislaman yang bijak dan sejuk, serta dapat menjadi rujukan dalam menyikapi berbagai persoalan sosial, budaya, dan keagamaan di tengah masyarakat.
Kepada para santri, ia berpesan agar kesempatan tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk belajar, berdiskusi, dan memperdalam pemahaman keilmuan.
“Jadilah santri yang tidak hanya menguasai kitab, tetapi juga mampu mengamalkan ilmunya dengan sikap tawadhu, toleran, dan cinta terhadap tanah air,” demikian Muhammad Noor.
Baca juga: Pemkab HSS targetkan 18 dapur SPPG terpencil segera dibangun
