Banjarmasin (ANTARA) - Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah XI Kalimantan berupaya meningkatkan mutu pendidikan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) melalui sosialisasi Instrumen Akreditasi Perguruan Tinggi (IAPT) 4.0 dan Sistem Akreditasi Perguruan Tinggi Online (SAPTO) 2.0.
LLDIKTI Wilayah XI menghadirkan empat narasumber ahli dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) pada sosialisasi Instrumen Akreditasi Perguruan Tinggi (IAPT) 4.0 dan Sistem Akreditasi Perguruan Tinggi Online (SAPTO) 2.0 tersebut.
Berdasarkan keterangan tertulis di Banjarmasin, Senin, kegiatan tersebut digelar secara hybriddiikutiyang di Kampus Universitas Muhammadiyah Banjarmasin puluhan PTS di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.
Baca juga: LLDIKTI XI dan BAN PT sosialisasikan IAPT 4.0 dan Sapto 2.0
Antusiasme peserta menunjukkan keseriusan perguruan tinggi di wilayah ini dalam beradaptasi dengan standar akreditasi terbaru.
Empat narasumber kompeten dari BAN-PT, yakni Dr. Tjokrode Walmiki Samadhi (Sekretaris Dewan Eksekutif BAN-PT), Prof. Agus Setyo Muntohar (Anggota Dewan Eksekutif BAN-PT), Supriyanto, S.T., M.T. (Tim Ahli BAN-PT), dan Prof. Dr. Slamet Wahyudi (Anggota Dewan Eksekutif BAN-PT).
Dr. Samadhi membuka sesi dengan memaparkan secara komprehensif mengenai IAPT 4.0 dan SAPTO 2.0.
IAPT 4.0 merupakan pembaruan dari IAPT 3.0, dengan fokus pada penilaian berbasis hasil (output dan outcome) untuk mengukur kualitas program studi. Ini menandakan pergeseran paradigma dari sekadar kelengkapan administrasi menuju dampak nyata pendidikan.
Sementara itu, Prof. Agus Setyo Muntohar menjelaskan secara teknis mengenai SAPTO 2.0, sebuah pengembangan signifikan dari sistem SAPTO sebelumnya.
"Banyak perubahan pada SAPTO 2.0 yang lebih memudahkan bagi perguruan tinggi, salah satunya adalah sistem ini sudah terintegrasi," jelas Prof. Agus.
Integrasi ini membawa dampak positif yang besar karena perguruan tinggi tidak perlu lagi repot mengajukan surat atau menghubungi BAN-PT melalui WhatsApp, cukup dengan memantau setiap tahapan proses yang sudah diunggah.
SAPTO 2.0 juga mengusung prinsip "web-based", memungkinkan perguruan tinggi menyusun deskripsi Laporan Evaluasi Diri (LED) secara langsung dalam laman web, bahkan secara paralel oleh beberapa tim. Hasilnya pun dapat diunduh dan diunggah kembali, memberikan fleksibilitas dalam pengerjaan.
Meskipun demikian, Prof. Agus mengakui bahwa infrastruktur yang menopang sistem ini masih dalam proses pembenahan, terutama terkait keterbatasan server. Namun, upaya perbaikan terus dilakukan untuk memastikan sistem dapat berjalan optimal. SAPTO 2.0 dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas proses akreditasi, serta menyesuaikan dengan peraturan terbaru, seperti Permendikbud No. 53 Tahun 2023.
Baca juga: Wamendiktisaintek: Kampus harus inovatif untuk maju dan berdampak
Kepala LLDIKTI Wilayah XI, Dr. Drs. Muhammad Akbar, M.Si., dalam sambutannya menekankan pentingnya sosialisasi ini sebagai salah satu upaya LLDIKTI Wilayah XI bersama BAN-PT untuk mendorong dan membantu perguruan tinggi meningkatkan kualitas di wilayah Kalimantan.
Kehadiran para ahli dari BAN-PT ini diharapkan dapat membekali perguruan tinggi di Kalimantan dengan pemahaman mendalam mengenai standar akreditasi terbaru.
Dengan adopsi IAPT 4.0 dan pemanfaatan optimal SAPTO 2.0, diharapkan mutu pendidikan tinggi di Kalimantan dapat terus meningkat, menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas, dan mampu bersaing pada tingkat nasional maupun internasional.
