Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Berbuka puasa bersama dalam skala besar melibatkan banyak orang dengan cara yang unik, banyak digelar di mana-mana di Indonesia, dan itu sudah biasa. Tetapi acara sahur bersama dipenuhi ribuan orang di pinggiran sungai, tampaknya lebih luar biasa dan mungkin hanya ada di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Dengan keunikan tersebut maka Pemerintah Kota Banjarmasin tak ragu untuk mendukung dan bekerja sama dengan penggagas atraksi ini, pihak Satuan Polisi Air (Satpolair) Polresta Banjarmasin, kata Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina, di Balaikota Banjarmasin, Minggu (18/6).
Bagaimana tidak unik, acara sahur bersama Sahur On The River (SOTR) yang digelar empat kali selama Ramadhan 1438 Hijriah yang berakhir Minggu Dini hari, 18 Juni lalu itu selalu dipadati pengunjung. Bukan saja umat Muslim untuk santap sahur, tetapi juga warga dari agama lain ikut nimbrung sekaligus menikmati wisata sungai Kota Banjarmasin.
Seperti pada Minggu dini hari, 11 Juni 2017 di lokasi wisata sungai kawasan maskot Bekantan Tendean yang tadinya ditargetkan hanya dihadiri seribu orang jutru dipenuhi dua ribu orang lebih.
Puluhan ibu-ibu pedagang pasar terapung di lokasi tersebut lengkap dengan pakaian keseharian datang dengan menggunakan sampan pakai "talakung" (kain tutup kepala) berpupur dingin (masker) hanya untuk menyemerakkan kegiatan yang sudah dijadikan kalender pariwisa tahunan tersebut.
Mereka makan dan minum menjalankan ibadah sahur seraya mengayuh sampan yang melibatkan puluhan ibu-ibu di Pasar Terapung Siring Tendean, sekali-sekali air di gelas tumpah tatkala sampan yang ditumpangi para pedagang sayuran dan buah-buahan di lokasi pasar unik ini oleng lantaran terhantam gelombang sungai.
Dibantu lampu minyak tanah dan sedikit tersiram sinaran listrik mereka terlihat samar-samar, namun tak mengurangi keceriaan para pedagang di atas Sungai Martapura ini untuk bersantap sahur bersama dalam kegiatan Sahur On The River.
Tak hanya puluhan ibu-ibu pedagang sayuran pasar terapung yang meramaikan sahur bersama ini, tapi juga puluhan komunitas pengemudi klotok (perahu bermesin) regu pemadam kebakaran, komunitas radio amatir, pecinta lingkungan seperti Forum Komunitas Hijau, Masyarakat Peduli Sungai (Melingai), Komunitas Sepeda Antik Banjarmasin (Saban) serta ratusan lagi anggota kepolisian Polresta Banjarmasin sendiri.
Tumpahan massa yang menghadiri lokasi sahur bersama ini kembali terjadi Minggu dini hari 18 Juni di lokasi berbeda yakni Kubah Basirih, makam seorang ulama Banjarmasin yang dihadiri Wakil Kapolda Kalsel, dan ulama kharismatik KH Juhdi sekaligus memberikan tausyiah.
"Ini salah satu bentuk penanaman rasa toleransi dan kebersamaan, antara polisi dan masyarakat, dan antarwarga sendiri," kata Kepala Satuan Polisi Air Polresta Banjarmasin AKP Untung Widodo Sst selaku penggagas kegiatan ini.
Penulis memerhatikan kegiatan ini benar-benar multi manfaat, apalagi diera sekarang di mana tingkat toleransi yang seakan mulai luntur yang bisa menggangu keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Berkumpulnya ribuan orang di satu lokasi dalam suasana kebersamaan ini bisa menjadi alat untuk lebih merekatkan lagi tali persaudaraan dan merekatkan kesatuan dan persatuan di dalam masyarakat.
Dengan tidak ada yang nyuruh dan tak ada yang memberi upah, tetapi keikutsertaan dalam sahur bersama ini hanya semangat yang terbungkus dalam nilai-nilai keagamaan serta ingin mengangkat dunia wisata setempat.
Sebagai contoh saja komunitas sepeda antik Banjarmasin (Saban) yang tak mau ketinggalan mengikuti kegiatan sahur bersama ini.
Para pecinta sepeda tua yang tergabung dalam organisasi Saban ini setiap kali acara selalu membuat janji untuk kumpul dulu di halaman Masjid Raya Sabilal Muhtadin di tengah Kota Banjarmasin.
Biasa mereka kumpul jam dua dini hari setelah itu puluhan orang menggunakan atribut seperti layaknya ontelis konvoi menuju lokasi, dan kehadiran para pecinta sepeda tua ini sangat mewarnai sahur bersama yang kemudian berbaur dengan hadirin lainnya.
Di lokasi itu terlihat tak ada kasta, padahal terdapat para pejabat, para ulama, anggota kepolisian, anggota TNI, LSM, dan komponen lainnya yang menjadi satu dalam kebersamaan, sebuah kegiatan yang dinilai banyak orang sebagai yang unik untuk NKRI.
"Tujuan acara ini untuk menjalin silaturahmi dengan warga sadar keamanan, ketertiban masyarakat (Kamtibmas) khususnya di wilayah perairan Banjarmasin," ucap Untung Widodo.
"Kita ingin memasyarakatkan polisi dan mempolisikan masyarakat, artinya agar polisi bertindak santun dan ramah melayani masyarakat dalam menjaga keamanan dan sebaliknya masyarakat bisa menjadi polisi dengan senantiasa menjaga keamanan dalam upaya menindak kejahatan," tambahnya.
Apalagi di Banjarmasin dari dulu dikenal adanya kejahatan di perairan, maka dengan kesatuan gerak antara polisi dan masyarakat diharapkan dapat meniadakan aksi kejahatan di perairan yang sudah jarang terdengar.
Polri lebih dituntut untuk menjalin kemitraan dengan semua unsur serta hadir di tengah-tengah masyarakat.
Yang jelas polisi selalu berharap masyarakat bisa membantu dan bekerja sama dengan pihak kepolisian dalam menjaga, menciptakan serta memelihara keamanan dan ketertiban di kota ini.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Banjarmasin Ikhsan Alhaq mengatakan kegiatan Sahur On The River itu luar biasa dan hanya ada di Banjarmasin, makanya akan dijadikan sebagai atraksi wisata.
"Kami berterima kasih kepada Satpol Air sebagai penggagas kegiatan ini walau sederhana tapi hasilnya luar biasa," tuturnya.
Menurutnya, sahur bersama dalam wisata susur sungai merupakan model baru dalam atraksi wisata yang berada persis di lokasi destinasi wisata kawasan maskot Bekantan yang berdekatan dengan lokasi pasar terapung yang merupakan lokasi yang sudah dikenal luas di Kalsel maupun nusantara.
"Kita berharap atraksi-atraksi wisata semacam itu, harus digali dan diciptakan untuk menambah kesemarakan lokasi yang kini terus dipromosikan sebagai wisata andalan Kota Banjarmasin ini," kata Ikhsan Alhaq.
Dalam kegiatan sahur bersama yang mulai dibudayakan di Kota Banjarmasin ini menjadi lebih menarik karena selain untuk sahur secara ramai-ramai juga disediakan arena hiburan.
Dalam setiap kali digelar sahur bersama ini selalu saja ada tampil hiburan tradisional, baik itu orkes gambus, musik panting, serta seni madihin (seni lisan) dan dalam acara terakhir selalu menampilkan musik klasik Banua Raya Shimpony yang banyak mengetengahkan lagu-lagu keagamaan dan lagu-lagu berirama Melayu.
Atraksi seni yang diselang-selingi dengan tausyiah para ulama dan wejangan pejabat termasuk wali kota ini, ternyata sudah menjadi "magnet", sehingga selalu dihadiri pengunjung sekaligus berwisata susur sungai, karena tak sedikit pengunjung yang datang memanfaatkan sampan dan klotok.