Banjarmasin (ANTARA) - Tuan Guru Haji Madyan Noor Mar'ie mengungkap rahasia beberapa hal yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah haji, dalam tausiyah di Masjid Assa'adah Komplek Beruntung Jaya Banjarmasin, Rabu malam.
Beberapa hal yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah haji atau rukun Islam kelima itu antara lain wajib wukuf di Arafah pada sembilan Dzulhijjah mulai gelincir hingga terbenam matahari.
Menurut Tuan Guru yang lama menimba ilmu agama di Mekkah dan Madinah Arab Saudi bergelar "Lc" serta "MA" Itu yang terpenting menjaga rukun haji agar jangan sampai ketinggalan seperti tawaf (keliling Ka'bah tujuh kali) serta sa'i
"Sedangkan bacaan-bacaan itu memang ada seperti tawaf/putaran pertama dan seterusnya berbeda. Tapi jangan risaukan soal bacaan misal hanya bisa tasbih, yang terpenting harus tujuh putaran," ujar Tuan Guru Madyan.
Tuan Guru asal Amuntai (185 km utara Banjarmasin) ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Kalsel itu mengungkap persoalan bayar dam bagi orang-orang Indonesia yang melaksanakan ibadah haji.
"Sebagaimana hukum dari Imam Safi'i dan Hambali pelaksanaan dam harus di Tanah Haram. Artinya darah dari hewan bayar dam harus mengalir di Tanah Haram," kutip mantan Ketua Qari dan Qari'ah DKI Jakarta tersebut.
Karenanya Tuan Guru yang mengaku keponakan almarhum KH Idham Chalid - mantan Wakil Perdana Menteri (Waperdam) II masa Presiden Soekarno tersebut tidak sependapat dengan wacana penyembelihan hewan untuk bayar dam bisa/cukup di Indonesia.
"Sebaiknya atau untuk lebih afdal pelaksanaan bayar dam kembalikan kepada hukum asal yaitu di tanah haram, jangan gunakan pertimbangan lain," ujar Tuan Guru Madyan.

Ia menambahkan, pelaksanaan ibadah haji memang cukup melelahkan. "Pelaksanaan ibadah haji itu lapah (melelahkan), tapi lapah nan tenang, berbeda lapah dalam pekerjaan lain," demikian Tuan Guru H Madyan Noor Mar'ie.
Selain menerangkan seluk-beluk pelaksanaan ibadah haji, Tuan Guru Madyan tidak lupa mengimbau kaum Muslim terutama jamaah Masjid Assa'adah agar melakukan puasa pada hari Arah.