Halim menyebutkan empat konsensus Dasar Negara yang harus dijaga, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.
"Kemudian, mengimplementasikan pada kehidupan sehari-hari guna pencegahan radikalisme dan terorisme, melalui cara deteksi dini dan partisipasi para pemuda," ajaknya.
Selanjutnya, akademisi Institut Agama Islam (IAI) Darul Ulum Kandangan Akhmad Zaky Yamani mengingatkan penting memperkuat jejaring komunitas pemuda sebagai fondasi utama membangun ketahanan sosial.
Baca juga: FKPT Kalsel imbau warga tetap waspada potensi ancaman teroris
Menurut dia, sikap saling mengenal dan memahami perbedaan, pemuda mampu menurunkan tensi polarisasi dan menjadi agen perdamaian di tengah keberagaman ideologi.
Komunitas pemuda di HSS yang terhubung secara aktif dapat membentuk ekosistem sosial yang inklusif.
"Ini dapat menjadi benteng kuat terhadap konflik berbasis ideologi yang seringkali tumbuh dari prasangka dan keterputusan komunikasi," jelasnya.
Jejaring pemuda yang kuat dan lintas ideologi jadi instrumen strategis meredam potensi konflik, serta kolaborasi mereka dalam isu-isu bersama membentuk narasi positif yang menggantikan retorika perpecahan.
Keterlibatan aktif pemuda dalam jejaring komunitas memperluas perspektif dan mengurangi sektarianisme. Ini bukan hanya soal pertemanan, tetapi tentang membangun peradaban damai melalui ruang-ruang dialog dan aksi kolektif.
Dan tidak bisa berharap polarisasi sosial mereda tanpa upaya sistematis membangun koneksi di antara anak muda.
"Jejaring komunitas bukan sekadar sarana silaturahmi, tapi ruang strategis untuk menyatukan visi kebangsaan di tengah ragam ideologi," tuturnya.
Dirinya pun berharap anak muda, pelajar dan mahasiswa bijak dalam menggunakan media sosial, baik menyerap dan membagikan informasi, selektif terhadap berita dan cegah penyebaran berita hoaks.
Baca juga: Mantan Napiter ungkapkan rasa penyesalan masuk dalam jaringan