Banjarmasin (ANTARA) - Mantan Ketua Nahdlatul Ulama (NU) Kalimantan Selatan (Kalsel) Guru Haji Tabrani Basri mengharapkan agar kaum Muslim jangan rugi akhirat karena mengejar keuntungan dunia, dalam hal ini termasuk pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan.
"Karenanya, mari kita jadikan 16 Ramadhan 1446 Hijriah sebagai momentum koreksi terhadap pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan dan peribadahan selama ini," ajak Guru Tabrani Basri saat tausiyah di Masjid Assa'adah Komplek Beruntung Jaya Banjarmasin, sesudah Shalat Subuh Ahad.
Baca juga: Khatib Saubari ungkap rahasia keutamaan Ramadhan
Dengan mengutip Kitab "Ihyaulumuddin" karya Imam Ghazali, menurut mantan dosen Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin itu, masih belum terlambat atau ada waktu untuk koreksi supaya ibadah puasa jangan sia-sia.
"Sebab tanpa mematuhi ketentuan Allah SWT serta Rasulullah Muhammad Saw puasa yang kita lakukan bisa sia-sia atau menahan lapar dan dahaga," lanjut Guru Tabrani Basri asal Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Kalimantan Selatan (Kalsel) tersebut.
Guru Tabrani Basri mencontohkan hal yang bisa membuat puasa sia-sia atau tidak mendapatkan keuntungan di akhirat antara lain menyediakan buat berbuka puasa berbagai macam untuk bersenang-senang.
Sebagai contoh minuman empat-lima macam, serta "wadai" (kue) ini dan itu, serta penganan beragam, padahal ketika berbuka puasa tidak semua terkonsumsi, ujar Guru Tabrani Basri yang terus melakukan da'wah walaupun sudah sepuh atau berusia lebih 80 tahun.
Ia menambahkan, bahwa Ramadhan bukan untuk bersenang-senang, melainkan bulan introspeksi diri yang pada akhirnya menggapai kefitrian (kesucian), bebas dari segala noda dan dosa.
"Dunia tempat bercocok tanam yang kelak akan memetik hasil pada alam akhirat. Oleh karenanya bercocok tanam dengan baik dan benar supaya membuahkan hasil yang menyenangkan," lanjutnya.
Baca juga: Kaum Muslim diajak jangan sia-siakan Ramadhan berlalu begitu saja

Pada kesempatan tersebut, alumnus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta itu juga sekilas menyinggung "Lailatul Qadar" (malam qadar) yang terdapat pada sepuluh hari terakhir Ramadhan.
"Malam Qadar itu bukan cuma lebih baik dari seribu bulan atau 83 tahun, tetapi pada malam tersebut Allah memberikan 30.000 kebajikan di luar Ramadhan. Semoga kita mendapatkannya," demikian Tabrani Basri.
Baca juga: Ustadz Aspani ungkap beberapa rahasia puasa