Banjarmasin (ANTARA) - Tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial dan Humaniora (PKM-RSH) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Kalimantan Selatan mengembangkan bahan ajar Bahasa Indonesia jenjang sekolah dasar (SD) berbudaya Banjar yang didanai Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Ketua Tim PKM-RSH ULM Fahimah di Banjarmasin, Jumat, mengatakan program ini mengangkat judul “Revitalisasi Cucupatian Melalui Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia pada Sekolah Dasar di Banjarmasin, Kajian Etnopedagogi”, melewati berbagai tahapan seleksi hingga lolos pendanaan dari Kemendikbudristek.
Baca juga: ULM terima hibah DRTPM terbanyak di Kalimantan pada 2024
“Kami mempersiapkan kurang lebih satu bulan, dan diterapkan di SDN Teluk Tiram 2 Banjarmasin dengan bahan modul ajar teks deskripsi Cucupatian dan permainan Cuba Pang, lembar observasi dan pedoman wawancara, yang dibimbing oleh Dosen ULM, Lita Luthfiyanti,” ujarnya.
Dia menyebutkan program tersebut diterapkan kepada siswa kelas IV SD, dan diikuti dengan antusias yang cukup tinggi.
“Bahan ajar di sekolah itu belum memuat kebudayaan Banjar, sebagai budaya lokal Kalimantan Selatan. Sehingga kami menginisiasi program pembelajaran Bahasa Indonesia yang ada kaitannya dengan budaya Banjar,” kata Fahimah.
Ia menjelaskan Cucupatian merupakan teka-teki berbahasa Banjar “tatangguhan” dan saat ini mulai punah seiring perkembangan zaman yang disebabkan banyak faktor, yakni pelaku seniman sastra lisan tersebut sudah pada lanjut usia, generasi muda kurang berminat karena masuknya budaya luar.
Baca juga: Delegasi ULM hadiri pertemuan tahunan program SustainPalm 2024
Oleh karena itu, kata Fahimah, timnya berupaya menghidupkan kembali pembelajaran budaya Banjar tersebut melalui program PKM pendanaan dari kementerian.
Pada pelaksanaannya, ia mengungkapkan program ini dimulai dengan pembelajaran teks deskripsi Cucupatian oleh guru Bahasa Indonesia, kemudian siswa dilatih berpikir kritis melalui media pembelajaran berupa permainan Cuba Pang dengan teks deskripsi berjudul “Selamatkan Cucupatian”.
Kemudian dilakukan observasi dan dilanjutkan dengan tahap wawancara kepada beberapa siswa SD, guru Bahasa Indonesia, wali kelas, hingga kepala sekolah.
“Melalui program ini, kami berharap siswa memiliki minat terhadap pembelajaran Cucupatian sebagai budaya khas Banjar. Dan semoga memotivasi para guru Bahasa Indonesia untuk mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa,” ujar Fahimah.
Baca juga: ULM lakukan pendampingan 11 kelompok mahasiswa wirausaha penerima pendanaan Belmawa