Deputi Direktur Departemen Kerja Sama Internasional, Sains dan Teknologi komisi, Sun Yangbo, menjelaskan bahwa perbaikan tersebut mendesak karena sungai itu menjadi sumber air untuk 15 persen pertanian nasional yang menjadi sumber makanan bagi sekurangnya 12 persen populasi China.
“Program restorasi sistem ekologi, selain penting untuk menangani sedimen dan persoalan banjir di Sungai Kuning, juga penting dalam upaya mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan serta keamanan pangan,” demikian menurut Sun dalam pemaparannya di sesi panel tingkat tinggi World Water Forum Ke-10 di Nusa Dua, Bali, Kamis.
Dengan panjang 5.464 kilometer, Sungai Kuning melintasi sembilan provinsi di bagian tengah China dan merupakan titik lahirnya peradaban China di masa lalu.
Sun menjelaskan, tingkat pemanfaatan sumber daya air dari sungai tersebut telah mencapai tingkat 80 persen, jauh lebih tinggi dibanding ambang batas standar pemanfaatan ekologis yang aman sebesar 40 persen.
Oleh karena itu, pemerintah China menetapkan visi nasional untuk stabilisasi ekologi yang memberi rangka ideologis untuk kebijakan lingkungan negara.
Visi tersebut diterapkan, salah satunya, melalui perencanaan pengembangan Sungai Kuning selama 10 tahun yang mencakup perlindungan lingkungan daerah aliran sungai, perbaikan masalah kualitas sumber daya air, dan menjaga kehidupan berkelanjutan.
“Selain itu, kami memiliki Undang-undang Perlindungan Sungai Kuning yang memberikan regulasi dan kebijakan yang jelas terhadap perlindungan ekologis, reforestasi, restorasi, dan menetapkan standar lingkungan untuk tingkat air,” ucap dia.
Sun juga menyebut aspek tata kelola air yang baik, pengembangan sistem infrastruktur, pendekatan sistematis, serta investasi dan pendanaan sebagai penyokong langkah-langkah menyelamatkan lingkungan, seperti yang telah dilakukan pihaknya.
World Water Forum Ke-10 yang digelar di Nusa Dua, Bali, pada 18—25 Mei 2024, membahas konservasi air, air bersih dan sanitasi, ketahanan pangan dan energi, serta mitigasi bencana alam.
Forum tersebut berhasil mengesahkan sebuah deklarasi tingkat menteri yang mencakup sejumlah usulan Indonesia dalam pengembangan air, yaitu pendirian Centre of Excellence untuk ketahanan air dan iklim, penetapan Hari Danau Sedunia melalui resolusi PBB, dan pengarusutamaan isu pengelolaan air untuk negara-negara berkembang di pulau-pulau kecil.
Selain itu, kompendium aksi konkret yang mencakup 113 proyek di sektor air dan sanitasi dengan nilai total Rp148,94 triliun turut disahkan dalam WWF ke-10.
Baca juga: Peneliti China mulai ekspedisi Arktika 2024 di Stasiun Sungai Kuning
Baca juga: Prediksi aliran sungai dan banjir, China rancang model deep-learning
Baca juga: Warga desa di tepi Sungai Kuning China sambut kehidupan baru
Pewarta: Nabil Ihsan
Editor: M Razi Rahman