Banjarmasin (ANTARA) - Empat mahasiswa Politeknik Negeri Banjarmasin (Poliban) Kalimantan Selatan dinyatakan berhasil menjalani program pertukaran pelajar atau menjadi peserta Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) di beberapa universitas di luar negeri.
Adapun empat mahasiswa Poliban yang meraih keberuntungan mendapatkan program IISMA tersebut adalah Akhmad Azhari dan Firdaus mengikuti studi di Universiti Teknologi Malaysia, Nur Ikhlas Permata Ananda ke Saxion University of Applied Sciences, Belanda dan Risyad Bagas Widiantoro ke De Monfort University, Inggris.
Dipaparkan Firdaus yang mengikuti studi di Universiti Teknologi Malaysia di Banjarmasin, Sabtu, bahwa sangat bersyukur mendapatkan kesempatan belajar di universitas luar negeri di negara tetangga Malaysia tersebut.
Dia pun menyampaikan banyak pengalaman didapatkannya di negeri orang tersebut tidak hanya dari segi pendidikan, namun juga persahabatan dan kebudayaan.
"Ketika saya melintasi perbatasan Negara ini untuk pertama kalinya ke luar negeri, saya terpesona oleh pengaruh budaya Malaysia, terutama dampak signifikan budaya Inggris terhadap infrastruktur dan tata ruang masyarakat," ujarnya.
Baca juga: Poliban komitmen cetak wirausaha muda sejak di kampus
Firdaus mengungkapkan bahwa mengikuti IISMA adalah hal yang luar biasa, perjalanan studi yang dijalaninya memupuk kemampuan beradaptasi, mengungkap pelajaran tak terduga dan memberikan wawasan di luar batas dunia akademis.
Senada dengan Firdaus, Nur Ikhlas Permata Ananda yang berasal dari Prodi D4 Teknik Bangunan Rawa Semester 6 Poliban tersebut juga menceritakan bagaimana kegiatan studi yang dilakukannya selama di Saxion University of Applied Sciences, Belanda.
Dikatakan Ikhlas kampus tujuannya memiliki sistem belajar yang sangat berbeda dengan di Indonesia. Terlebih sistem perkuliahannya, karena di Belanda menganut sistem Kuartal.
"Di sini kan kita sistem semester sedangkan di sana menganut sistem kuartal, 1 kuartal itu 3 bulan, jadi ibaratnya di sini 1 semester di Belanda ada 2 kuartal, perbedaannya lagi kalau di sini 1 semester 6 mata kuliah di sana dibagi 2, sehingga 1 kuartal artinya ada 3 mata kuliah, lebih nyaman seperti itu menurut saya," ucapnya.
Yang berbeda lagi dengan sistem edukasi di Indonesia, lanjut Ikhlas, setiap satu jam pembelajaran ada yang namanya break, sehingga mahasiswa bisa melakukan apapun selama 5 sampai 10 menit.
Pada awal menjajaki Belanda, tentu banyak hal menarik yang Ikhlas rasakan tapi yang paling signifikan mencuri perhatiannya adalah cuaca, kehidupan sosial dan kebiasaan masyarakat Belanda yang terbilang unik.
"Mereka itu kalau kemana-mana terbiasa jalan kaki, naik sepeda ya, terus hal menarik lain bagi saya adalah kebiasaan masyarakat Belanda, karena kemarin saya sempat satu kelompok mengerjakan projek dengan masyarakat Belanda, mereka itu kerjanya di week day, harus tuntas selama week day itu juga, sehingga pas weekend mereka benar-benar lepas dari kerjaan ataupun tugas kuliah, jadi seimbang antara kehidupan sosial dan kehidupan belajar," ungkapnya.
Dia pun menyatakan, selama mengikuti IISMA banyak benefit yang didapatnya terutama meningkatkan relasi baik nasional maupun internasional.