Rantau (ANTARA) - Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tapin Irnawati mengatakan teater modern yang digarap oleh Gerakan Lestari Seni (Gelas) Budaya dengan judul "Pipikat Tasan Panyi" yakni cerita perjuangan pahlawan asal Tapin layak untuk ditampilkan kembali karena menyimpan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme.
"Pertunjukan ini sangat mendidik, sangat positif. Perjuangan yang dilakukan Mat Tasan dan Muhammad Panyi ini kayak untuk ditampilkan kembali," ujarnya di Rantau, Rabu.
Baca juga: Disdik Tapin pinjamkan gedung untuk sekretariat Gelas Budaya
Irnawati mengungkapkan usai menonton pertunjukan yang digarap melalui acara Dalai Bahaga III ini membuat dirinya terharu karena orang dulu tak mudah merebut kemerdekaan yang dirasakan di era sekarang ini.
"Saya mohon izin kepada pemenang daerah, pertunjukan seperti ini bisa ditampilkan kembali saat momentum Hari Jadi Kabupaten Tapin, atau pada acara pertemuan Warga Tapin yang digelar setiap tahun," ungkapnya.
Kepala Rombongan Gelas Budaya Tapin Afreza Azhar mengatakan teater ini mengikuti alur peristiwa sejarah Mat Tasan dan Muhammad Panyi yang didapatkan langsung dari pihak keluarga yang bersangkutan.
"Agak berbeda dari pertunjukan sebelumnya yang berlandaskan seni budaya lokal Tapin. Kali ini kami merujuk pada sejarah perjuangan Tapin pada era 1945, tujuan untuk menjadikan sosok Tasan Panyi sebagai simbol semngat untuk memajukan daerah Tapin," ujarnya.
Afreza mengungkapkan pada petunjuk Pipikat Tasan Panyi ini berhasil menyedot lebih 350 penonton berdasarkan perhitungan penjualan tiket.
Baca juga: Pelajar di Tapin gotong royong bersihkan lumpur akibat banjir
"Kami sangat puas, walaupun banyak kendala pada pagelaran ini," ungkapnya.
Sementara itu, Cicit dari Mat Tasan yakni Achmad Adjie Al Muas mengatakan dari serangkaian siasat dan perlawanan kedua pahlawan yang merupakan kerabat ini gugur pada 9 November 1945.
"Beliau berdua menghadang rombongan Belanda di jembatan pasar (Rantau), yang mana pada saat itu beliau berdua gugur dengan delapan tembakan untuk Datu Mat Tasan, kemudian setelah kejadian tersebut datu Mat Tasan dan juga Panyi dinyatakan sebagai syuhada," ungkapnya.
Muas mengatakan generasi saat ini patut bersyukur dan berterima kasih atas perjuangan orang dulu yang keras ingin merebut kemerdekaan di tanah kelahiran.
"Kemudian juga para pembangun bangsa, terutama tokoh-tokoh para pejuang yang ada di daerah kita Kabupaten Tapin, tidak hanya Tasan dan Panyi tapi juga seperti Kai Halidin, Kai Idris, Burnau, Daeng Suganda, Haji Makki, A Roba. Serta lainnya yang tak bisa disebutkan satu per satu," ujarnya.
Sangat diharapkan Muas, melalui pementasan Pipikat Tasan Panyi ini dapat menambah jiwa nasionalisme dan patriotisme masyarakat di Kabupaten Tapin.
Baca juga: Kepala Dinas Pendidikan Tapin buka Dalai Bahaga dengan puisi