"Sementara baru panen 68 ton," ujar Kepala Dinas Pertanian Tapin Triasmoro di Rantau, Rabu.
Jahe merah yang saat ini sedang dirintis oleh Tapin, kata Triasmoro, sudah mempunyai lahan seluas 62,5 hektare.
"Sudah ada 62,5 hektare," ujarnya.
Baca juga: Bangsal jahe dari Kementan bantu petani di Tapin
Di desa itu, ada tiga jenis jahe, yaitu jahe putih, emprit dan merah. Mulai ditanam pada September-Oktober, dengan hasil panen setiap musimnya mencapai 15 – 18 ton per hektare.
Selain menjual produk mentah, Tapin juga serius untuk menjual produk turunan berupa jahe merah kemasan.
Sekarang sudah ada bantuan dari pemerintah pusat berupa rumah produksi dari Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) pada Maret tadi. Rumah produksi ini dinilai dapat memberikan manfaat terhadap pengolahan hasil pascapanen.
”Sangat besar manfaatnya, karena membantu dalam proses pengolahan produk turunan jahe. Misalnya, meningkatkan kualitas hingga nilai jual,” ujar Ketua Kelompok Tani Baru Muncul Hartanto.
Terkait harga bahan mentah terbaru, kata dia, untuk jahe putih Rp8
16 ribu/kg, jahe emprit Rp8.000/kg dan jahe merah Rp25 ribu/kg.
“Pemasaran jahe putih dikirim ke Kalimantan Timur. Kalau jahe merah sebagian hasil panen untuk pengadaan bibit, sebagian lagi diolah untuk produk turunan dari jahe merah,” beber Hartono.
“Pemasaran jahe putih dikirim ke Kalimantan Timur. Kalau jahe merah sebagian hasil panen untuk pengadaan bibit, sebagian lagi diolah untuk produk turunan dari jahe merah,” beber Hartono.