Taman hutan tanaman rakyat (Tahura) Kalimantan Selatan yang sebagian besar kondisinya kritis diusulkan untuk ditanami tanaman perkebunan seperti karet.
Sekretaris Daerah Pemprov Kalsel Mukhlis Gafuri di Banjarmasin, Selasa mengatakan, upaya mengganti tanaman hutan menjadi tanaman perkebunan produktif agar masyarakat bisa terlibat dalam upaya pelestarian lingkungan di daerah tersebut.
"Kita akan melibatkan masyarakat untuk menanami kawasan Tahura dengan berbagai tanaman produktif, sehingga masyarakat juga rasa memiliki untuk memeliharanya," katanya.
Selain itu, hal tersebut juga sebagai salah satu upaya mencegah terjadinya pembabatan hutan untuk kepentingan pertambangan ilegal sebagaimana yang marak terjadi di kawasan tersebut.
Menurut Sekda, bila masyarakat ikut terlibat terhadap penanaman di kawasan tersebut, maka mereka akan menjaga lahan dan tanamannya dari upaya pertambangan ilegal dan lainnya.
Masyarakat pada akhirnya juga akan banyak mendapatkan nilai tambah dari perkebunan karet tersebut bila sudah tiba masa panen.
Kondisi tersebut berbeda bila Tahura tetap dipertahankan dengan tanaman hutan yang kurang memberikan dampak ekonomi secara langsung kepada masyarakat.
"Untuk itu kita akan rumuskan bagaimana prosedur yang akan dilakukan untuk melaksanakan program tersebut," katanya,
Pemprov Kalsel saat ini cukup serius menangani berbagai persoalan yang terjadi di kawasan konservasi tersebut antara lain dengan membentuk UPT tersendiri di kawasan itu.
"Dengan terbentuknya UPT Tahura, Pemprov sudah sangat serius untuk menangani Tahura, tinggal realisasi program yang kini terus dalam pembahasan," katanya.
Kepala Tahura Kalsel Akhmad Ridhani mengatakan sebanyak 40 persen dari 112 ribu hektare kawasan hutan di taman hutan rakyat Kalimantan Selatan kritis akibat pembalakan hutan, pembakaran dan pertambangan.
Menurut dia, kendati saat ini pembalakan hutan sudah mulai terkendali namun untuk pembakaran kawasan Tahura yang sebagian besar masih berupa semak-semak belum bisa dikendalikan secara maksimal.
Hal tersebut terjadi, tambah dia, karena kesadaran masyarakat terhadap bahaya pembakaran kawasan hutan masih cukup rendah.
Terbukti selama musim kemarau 2011, terdapat 202 titik api di kawasan Tahura dengan lahan yang terbakar seluas 119,50 hektare.
Salah satu penyebab terjadinya kebakaran lahan dan hutan tersebut, karena sengaja dibakar oleh sebagian masyarakat untuk kebutuhan peternakan.
Misalnya saja, peternak di Kabupaten Tanah Laut yang sengaja melepas ternak sapi di sekitar Tahura tanpa dikandang. Untuk mendapatkan makanan yang segar masyarakat membakar lahan yang kering agar kembali tumbuh subur.
Kedepan Akhmad yang didampingi seluruh pejabat Tahura berharap, mulai adanya kesadaran masyarakat untuk tidak membakar lahan untuk kepentingan peternakan maupun pertanian, sehingga lahan kritis di Tahura tidak semakin meluas.
Selain itu, tambah dia, dalam setiap tahunnya Tahura juga menganggarkan penanaman secara bertahap lahan kritis seluas 2.000 hektare hingga seluruh lahan kritis kembali menjadi kawasan hutan yang hijau.
"Kendati anggarannya 2.000 hektare per tahun, tapi praktiknya penanaman kita laksanakan hingga 3.000 hektare seperti saat ini," katanya./B*C
Tahura Sebaiknya Ditanami Karet
Kamis, 15 September 2011 9:51 WIB