Amuntai (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Kalimantan Selatan, melakukan penyemprotan pestisida pada lahan seluas 689,4 hektar (ha) dengan menggunakan pesawat kendali tanpa awak (drone) untuk mengendalikan tanaman putri malu besar (Mimosa Pigra L) atau masyarakat HSU menyebutnya 'susupan gunung'.
Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian HSU Nor ilham di Amuntai, Selasa, mengatakan penyemprotan via drone untuk mencapai tujuan jangka pendek yakni membantu petani agar segera bisa bercocok tanam pasca banjir.
"Petani seharusnya sudah mulai tanam, namun akibat banjir yang melanda cukup lama membuat petani kesulitan membersihkan lahan dari susupan gunung," ujar Ilham di Amuntai, Senin.
Penggunaan drone dilakukan agar pembasmian tanaman gulma ini cepat dilakukan. Petani kesulitan membersihkan lahan secara manual mengingat tanaman ini memiliki batang, akar yang kuat dan berduri.
Penyemprotan via Drone dilakukan di lima kecamatan, 20 desa, yakni Kecamatan Babirik. 8 desa, Sei Pandan 6 desa, Haur Gading 4 desa, Danau Panggang dan Amuntai Tengah masing-masing satu desa, dengan total lahan yang akan disemprot 689,4 ha.
Ilham mengatakan, sementara pihaknya membantu petani membuka lahan agar mereka segera bisa bercocok tanam pasca banjir yang melanda Kabupaten HSU dalam satu bulan terakhir
Apalagi pada 2022 banyak petani gagal tanam dan panen akibat cuaca ekstrem, sehingga tahun ini diharapkan produksi tanaman padi bisa meningkat kembali.
Bahkan, di beberapa desa seperti Desa Pondok Babaris para petani mengalami penurunan produksi padi selama tiga tahun terakhir.
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Pertanian P3K Ikak Deby Yudiyanto menjelaskan, kegiatan penyemprotan via drone dilaksanakan sejak 30 Juni 2022
"Penyemprotan menggunakan anggaran dana desa masing-masing yang menurut warga lebih murah biayanya dibanding penyemprotan secara manual," terang Ikak.
Ikak mengatakan, dari segi waktu dengan drone lebih cepat satu hari bisa di selesaikan seluas 25 Hektar. Demikian pula dari segi waktu gulma lebih cepat mati.
Melalui program ketahanan pangan, desa mengalokasikan sedikitnya 20 persen untuk kegiatan pertanian, termasuk penyemprotan lahan pertanian. dari tanaman gulma
Penggunaan drone sendiri bekerja sama dengan pihak swasta dengan dana per desa mencapai ratusan juta rupiah. Kelompok tani diimbau agar memelihara lahan yang sudah disemprot dan menjaganya agar jangan sampai ditumbuhi lagi semak belukar dari susupan gunung.
Sekretaris Daerah HSU H Adi Lesmana mengatakan, program penyemprotan gulma di lahan pertanian ini merupakan program berkelanjutan dalam upaya mengendalikan gulma susupan gunung yang dilakukan Dinas Pertanian, Pemerintah Desa dan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
"Nanti kita upayakan berkelanjutan agar produksi padi kita meningkat," kata Adi.
Pasalnya, lanjut Adi kondisi cuaca sekarang semakin sulit terkontrol, mengakibatkan banyak petani gagal tanam dan panen, ditambah banyak tanaman liar dan gulma yang menutupi lahan dan sulit di basmi.
"Kalau tujuan panjang kita akan melakukan penelitian untuk mengetahui manfaat tanaman sehingga bisa dimanfaatkan masyarakat," kata Adi.
Pemkab akan melakukan penelitian untuk pemanfaatan tanaman putri malu raksasa bagi pembangunan jangka panjang bekerja sama dengan akademisi Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarbaru.
Pejabat dari Bapelitbangda HSU Eko Yudhi menjelaskan, kajian dilakukan tahun ini untuk mengidentifikasi potensi pemanfaatan dan pengendalian susupan gunung.
Kegiatan penelitian dimulai Februari sampai akhir Juli 2023 dan sudah dilakukan pengambilan sampel tanaman untuk diuji di laboratorium dan pembuatan demplot dengan menggunakan kapal penghancur gulma.
"Nanti dilanjutkan dengan melaksanakan Focus Group Discusion dengan stakeholder terkait menanggapi hasil survei dan kegiatan di lapangan," pungkas Eko.
Kepala Dinas Perikanan HSU Ismarlita mendukung pelaksanaan penyemprotan Peptisida melalui Drone, namun ia berharap kelestarian lingkungan jangan sampai terganggu.
"Sebagian jenis tanaman air juga menjadi ekosistem Ikam untuk berkembang biak," kata Ismarlita.
Menurut Ismarlita, jika lahan tidak diperdayakan akan kembali jadi masalah, sebab tanaman air mungkin diperlukan oleh ikan dalam batas yang wajar untuk menjaga keseimbangan ekosistem di alam.