Kandangan (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Hulu Sungai Selatan (HSS) melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah menetapkan status siaga banjir hingga bulan April 2023 mendatang.
Kepala BPBD HSS, Kusairi, di Kandangan, Selasa, mengatakan berdasarkan prediksi dari BMKG termasuk untuk Kabupaten HSS, sampai bulan April ini masih berpotensi cuaca ekstrem.
"Terutama kemarin waktu kita rakor di pemerintah provinsi, diinfokan di bulan April prediksi hujan meningkat akan terjadi di daerah Pegunungan Meratus, kalau di Pegunungan Meratus hujan, tentu lokasi seperti Loksado dan sekitarnya akan terdampak," kata Kusairi.
Dijelaskan dia, dengan pertimbangan tersebut, pihaknya menetapkan batas hingga bulan April untuk penetapan status siaga banjir, serta menyusun langkah-langkah strategis dalam upaya pencegahan dan penanggulangan.
Untuk tahapannya sesuai prediksi BMKG, secara nasional nasional di bulan Mei akan memasuki bulan kemarau, dan kalau di HSS diperkirakan kemarau akan terjadi di bulan Juni dan Juli.
"Kalau di daerah kita untuk dataran tinggi pegunungan itu kemarau bisa di Juni, dan untuk dataran rendah dan rawa seperti di kawasan Simpur, Kalumpang, Wilayah Daha dan sekitarnya, kemarau akan terjadi di bulan Juli," kata Kusairi.
Baca juga: HSS segera perbaiki infrastruktur terdampak banjir dan longsor
Dan masih berdasar predikasi BMKG untuk puncak kemarau di bulan Agustus hingga September, maka dengan kondisi tersebut untuk Kabupaten HSS masih rentan terjadi cuaca ekstrem, apalagi Senin (27/3) malam hujan masih terjadi di Loksado.
Adapun untuk dampak banjir yang terjadi Minggu (26/3) lalu, masih menyisakan beberapa kawasan terendam seperti di sebagian wilayah di Desa Gambah, Sungai Kupang, dan jalan ke arah negara, Daha.
"Info terendam ini kita terima dari petugas kita di lapangan, dan memang kita akui kondisi seperti biasa terjadi setiap tahun, air pasang dengan ketinggian air yang bervariasi," katanya.
Menurut dia, berdasarkan pendataan dan verifikasi yang dilakukan dampak banjir Minggu kemarin, telah merusak bagian dapur, untuk dua rumah warga di Desa Halunuk, Kecamatan Loksado, dapurnya larut terbawa banjir.
Sudah diverifikasi dan dipastikan bagian dapurnya rusak, dan memang rata-rata rumah warga di daerah pegunungan dibangun di pinggir sungai, dan saat meluap dengan arus deras sementara daya tahan rumah bangunan tidak kokoh, akhirnya hanyut karena derasnya air.
Baca juga: Dapur Umum HSS sediakan 3.600 nasi bungkus bantu warga terdampak banjir berbuka puasa
Dampak kerusakan infrastruktur seperti jembatan putus di Desa Ulang arah ke Wairung, ada abrasi longsor dengan kikisan longsor di Loksado arah ke Loklahung sudah ditangani pihak Dinas PUTR HSS.
"Kalau dampak untuk warga kita di Kota Kandangan tentu mereka membersihkan bekas-bekas banjir di rumah masing-masing, masih kotor, jadi masiih butuh satu dua hari masyarakat membersihkan rumahnya," katanya.
Pihaknya juga tidak menerima informasi ada kerusakan infrastruktur baik jalan atau jembatan di Kota Kandangan, termasuk jalan di Desa Padang Batung yang sempat terendam banjir.
Dinas PUTR telah melakukan survei dan verifikasi kerusakan infrastruktur dan pihaknya terus berkoordinasi di lapangan, namun sejauh ini memang tidak ada laporan terkait kerusakan, baik dari camat, lurah atau pun dari para kepala desa.
"Juga kalau ada dampak lain bisa dilaporkan kepada kita di BPBD, misal ada dampak kesehatan atau bibit penyakit karena banjir, akan kita teruskan ke Dinas Kesehatan untuk tindak lanjut," katanya.