Banjarmasin (ANTARA) - Sebanyak 27 ekor bekantan atau kera hidung panjang (Nasalis larvatus) hasil tangkapan Ketua DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) dilepasliarkan ke kawasan konservasi Antang Gunung Meratus di provinsi tersebut.
Melepasliarkan puluhan bekantan atau satwa langka tersebut oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) provinsi setempat, ujar Ketua DPRD Kalsel H Supian HK melalui telepon seluler, Jumat malam.
"Pelepasan satwa yang merupakan maskot fauna provinsi tertua dan wilayah terkecil dari Kalimantan itu ke habitatnya pada sore hari 4 November 2022," terangnya kepada Antara Kalsel.
"Alhamdulillah kita sudah bisa melepasliarkan kembali bekantan ke swaka alam yang lebih luas dari tempatnya semula," lanjut anggota DPRD Kalsel dua periode itu.
Sebelumnya Ketua DPRD Kalsel menyerahkan 27 ekor bekantan kepada BKSDA provinsi setempat di Banjarmasin, 1 November lalu.
Bekantan itu awalnya tinggal pada habitat alaminya di Desa Paminggir Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Kalsel dengan luas lahan sekitar 22 hektare (ha) sejak tahun 1980-an.
"Namun karena meningkatnya jumlah penduduk yang berdampak pada kebutuhan lahan yang turut bertambah, lahan yang ada saat ini hanya tersisa lebih kurang delapan hektare," ujarnya.
"Kita khawatir, kalau tetap dipertahankan di kawasan tersebut justru nanti berimbas pada populasinya yang semakin sedikit. Sulit berkembang biak karena kawasan itu berdekatan dengan habitat kerbau rawa," tuturnya kepada awak media.
Ia menambahkan, proses untuk evakuasi kawanan bekantan itu cukup mudah. Apalagi pihaknya juga mengedepankan cara yang humanis tanpa perlu mengikat atau melukai satwa tersebut.
Terbukti, selama perjalanan pascaevakuasi dari Desa Paminggir ke Kota Banjarmasin lewat jalur sungai, kelima bekantan tidak mengalami stres tinggi yang dapat memengaruhi kondisi psikis dan kesehatan fisiknya.
"Saat evakuasi, kita pancing dengan makanan menuju speed boat, sebelum masuk ke kandang kayu. Semua dilakukan tanpa kekerasan," tambah Supian, sembari menunjukkan kondisi salah satu bekantan yang dievakuasi.
Kawasan konservasi Antang Gunung Meratus di Kabupaten Tapin, Kalsel yang sudah sejak lama juga dikenal sebagai salah satu habitat alami bekantan.
Sementara itu, Kepala Seksi Wilayah Konservasi II Banjarbaru BKSDA Kalsel Cecep Budiarto mengapresiasi penyerahan puluhan ekor bekantan untuk dipindahkan ke habitat baru yang lebih representatif.
"Lahan konservasi milik perusahaan swasta itu luasnya sekitar 72 hektare dan memang sudah lama jadi kawasan untuk pelepasliaran dan pengembangbiakan secara alami," jelasnya.
"Ketersediaan pakan dan kondisi lahan juga sudah sangat baik sehingga diharapkan dapat mendukung pengembangbiakan untuk menekan risiko kepunahan bekantan. Selama ini konservasi bekantan di Kalsel terus berbagai pihak lakukan,": ujarnya.
Data terbaru dari BKSDA Kalsel pada tahun ini terjadi peningkatan populasi bekantan hingga 10 persen. Dari yang sebelumnya tiga ribu ekor menjadi sekitar empat ribu ekor, ungkap Cecep.