Banjarmasin (ANTARA) - Jenis usaha yang dulunya banyak digeluti masyarakat untuk memenuhi kehidupan sehari hari, yakni kerajinan sepuh emas belakangan ini banyak sudah ditinggalkan lantaran harga emas terus melambung hampir tak terjangkau kantong para perajin tersebut.
Amin, salah satu perajin yang biasa manggal di jalana Simpang Sudimampir Banjarmasin kepada Antara Kalsel, Senin, mengakui usaha tersebut banyak ditinggalkan lantaran biaya produksi yang sangat mahal.
Dulu puluhan perajin mangkal di kawasan pusat perdagangan Banjarmasin tersebut sekarang tinggal hanya enam perajin saja lagi.
Kerajinan sepuh emas adalah merubah aneka logam menjadi warna emas, seperti perak, tembaga, alpaka, kuningan, perunggu, dan sawasa. Biasa yang dirubah menjadi warna emas tersebut adalah bahan perhiasan, seperti cincin pria dan wanita, liontin, kalung, dan sebagainya.
Menurut Amin yang mengaku menggeluti usaha tersebut secara turun temurun itu, kurangnya usaha tersebut lantaran harga emas yang terus melambung hingga rp900 ribu per gram. Emas tersebut adalah bahan baku untuk kerajinan tersebut setelah dicairkan melalui proses.
Kemudian air cairan emas itulah yang digunakan untuk merubah logam dari warna logam biasa menjadi logam emas kuning.
Upah sepuh emas tersebut tergantung besar dan kecil atau sedikit dan banyak, tetapi secara umum untuk cincin hanya rp20 ribu per buah, agak tebal sepuhnya maka kian kuat warna kuningnya mencapai rp30 ribu per buah .
Dulu waktu harga emas sekitar Rp300 ribu per gram, usaha ini dinilai cukup menguntungkan, tetapi setelah harga emas terus naik hingga mencapai rp900 ribu per gram, maka modal jadi berat.
Sementara untuk menaikan upah lebih tinggi relatif agak sulit, sebab biasanya mereka yang merubah perhiasan dari logam biasa ke warna emas ini adalah warga kalangan bawah, karena tak memiliki perhiasan emas.
Mengenai keterampilan usaha sepuh emas tersebut menurut Amin adalah biasanya dari keluarga dan keluarga yang lain, makanya penyepuhan emas ini kebanyakan adalah "papadaan jua" (keluarga keluarga juga).
Umumnya mereka yang menggeluti usaha ini adalah ketunan Nagara salah satu kecamata di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).