Banjarmasin (ANTARA) - Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Aliansi Relawan Perguruan Tinggi Anti-Penyalahgunaan Narkoba (Artipena), Prof Sutarto Hadi menyebut langkah-langkah deteksi dini penting guna mencegah narkoba di lingkungan kampus.
"Jangan sampai narkoba jadi fenomena gunung es yang tak nampak di permukaan, namun banyak korban tanpa disadari," katanya di Banjarmasin, Jumat.
Sutarto mengakui kalangan mahasiswa cukup rentan terjerumus ke lembah hitam narkoba, jika tak ada kepedulian semua pihak dalam upaya pencegahan.
"Mayoritas mahasiswa hidup sendiri, jauh dari orangtua. Pergaulan yang bebas di luar kampus jadi potensi masuknya godaan virus narkoba. Ini harus kita sadari dan semua wajib peduli untuk saling mengingatkan," kata Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM) itu.
Untuk itu, ia berharap pihak perguruan tinggi senantiasa berkolaborasi dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) setempat dalam mencegah penyalahgunaan narkoba di kalangan sivitas akademika.
Salah satunya, menggelar tes urine secara berkala dan edukasi bahaya narkoba pada setiap momen. Pada prinsipnya, penyalahguna narkoba adalah korban yang harus diselamatkan untuk disembuhkan dari candu barang haram tersebut.
"Jadi, misalnya mahasiswa terdeteksi menggunakan narkoba bukan serta merta diberhentikan, namun kita rujuk untuk menjalani program rehabilitasi dan pendidikannya tetap berjalan demi masa depan yang bersangkutan," ucapnya.
Sutarto baru saja terpilih menakhodai Artipena masa bakti 2022-2025 hasil Musyawarah Nasional (Munas) III Artipena yang diselenggarakan di Universitas Esa Unggul, Jakarta.
Dia menggantikan Prof Suryo Hapsoro Tri Utomo, Ph.D dari Universitas Gadjah Mada yang sejak 2016 memimpin Artipena, ketika masih menjabat Rektor Universitas Budi Luhur Jakarta.