New York (ANTARA) - Wall Street lebih rendah dalam perdagangan yang sulit pada akhir transaksi Selasa (Rabu pagi WIB), karena investor mempertimbangkan perkembangan cepat di sekitar krisis di Ukraina, karena Amerika Serikat melarang impor minyak Rusia dan energi lainnya atas invasi tersebut.
Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 184,74 poin atau 0,56 persen, menjadi menetap di 32.632,64 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 30,39 poin atau 0,72 persen, menjadi berakhir di 4.170,70 poin. Indeks Komposit Nasdaq berkurang 35,41 poin atau 0,28 persen, menjadi ditutup di 12.795,55 poin.
Sembilan dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor kebutuhan pokok konsumen dan perawatan kesehatan masing-masing jatuh 2,64 persen dan 2,11 persen, memimpin penurunan. Sektor energi dan konsumen noprimer masing-masing naik 1,39 persen dan 0,06 persen, hanya dua kelompok yang menguat.
Penurunan dipercepat ke akhir sesi naik-turun pada Selasa (8/3), sehari setelah penurunan tajam yang membuat Nasdaq yang padat teknologi mengkonfirmasi berada di pasar bearish. Indeks acuan S&P 500 turun untuk sesi keempat berturut-turut.
Baca juga: Wall St naik tajam saat Barat serang Rusia dengan sanksi baru
Presiden AS Joe Biden mengumumkan larangan impor minyak Rusia dan energi lainnya, menggarisbawahi dukungan bipartisan yang kuat untuk langkah yang dia akui akan menaikkan harga energi AS, sementara Inggris mengatakan akan menghentikan impor minyak dan produk minyak Rusia pada akhir tahun 2022.
"Saya pikir itu hanya investor yang mencoba untuk menyelidiki apakah layak membeli penurunan dan kami mengalami penurunan yang sangat besar kemarin," kata Chuck Carlson, kepala eksekutif di Horizon Investment Services di Hammond, Indiana. "Setiap kali pembelian tampaknya menjadi sedikit tidak terkendali, tampaknya ada penjual yang bersedia masuk."
“Bagi saya, ini adalah pasar pedagang dan orang-orang yang mencari momentum jangka pendek bergeser ke perdagangan,” kata Carlson.
Keuntungan dalam saham pertumbuhan megacap, seperti Tesla, Meta Platforms dan Alphabet membantu mengurangi kerugian untuk S&P 500.
Sektor energi, kinerja yang menonjol tahun ini, melanjutkan kenaikannya, menguat 1,4 persen.
Minyak mentah Brent mencapai 130 dolar AS per barel bersama dengan komoditas lainnya, memicu alarm atas lonjakan inflasi dan dampak pada pertumbuhan ekonomi global. Harga bensin AS mencapai rekor pada Selasa (8/3).
Baca juga: Wall St melonjak
"Ada banyak ketidakpastian saat ini tentang apa dampaknya terhadap ekonomi AS," kata James Ragan, direktur penelitian manajemen kekayaan di D.A. Davidson. "Saya pikir kita akan melihat sedikit kemunduran di konsumen AS. Jelas, harga bensin akan membuat orang berhenti sejenak."
Pemerintah Ukraina menuduh pasukan Rusia menembaki koridor kemanusiaan. Moskow, yang menggambarkan tindakannya sebagai "operasi khusus", telah berjanji akan membukanya untuk membiarkan penduduk melarikan diri dari pelabuhan Mariupol yang terkepung.
Saham-saham telah berjuang karena kekhawatiran tentang krisis Rusia-Ukraina telah memperdalam aksi jual yang awalnya dipicu oleh kekhawatiran atas imbal hasil obligasi yang lebih tinggi karena Federal Reserve diperkirakan akan memperketat kebijakan moneter tahun ini untuk melawan inflasi.
Pada Senin (7/3), Nasdaq mengkonfirmasi berada di pasar bearish, jatuh lebih dari 20 persen dari rekor tertinggi, sementara indeks Dow Jones Industrial Average mengkonfirmasi dalam koreksi karena ditutup lebih dari 10 persen lebih rendah dari rekor puncaknya.
Dalam berita perusahaan, saham Caterpillar Inc melonjak 6,8 persen setelah Jefferies meningkatkan saham pembuat peralatan konstruksi itu menjadi "beli" dari "tahan" sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan prospek lebih banyak investasi.
Sekitar 19 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, terbesar dalam lebih dari setahun, dibandingkan dengan rata-rata harian 13,4 miliar selama 20 sesi terakhir.