Balangan - (Antaranews Kalsel) - Anggota TNI yang melaksanakan program TMMD ke 95 di wilayah Kodim 1001/Amt-Paringin, Kabupaten Balangan, Kalsel, didatangi belasan orang dengan maksud meminta uang jatah preman atas pelaksanaan proyek TMMD di Desa Kambiyain, Kecamatan Tebing Tinggi.
Diterangkan salah satu anggota TNI, beberapa waktu lalu mereka sempat didatangi sekitar 15 orang yang meminta jatah preman, dengan alasan sudah tradisi dan adat setiap pengerjaan proyek disana harus memberikan jatah.
Lantas belasan preman tersebut langsung dinasehati para anggota, bahwa program TMMD di desa tersebut merupakan program percepatan pembangunan daerah tertinggal.
Proyek TMMD, bukan mencari keuntungan atau melaksanakan proyek yang akan mendapatkan pendapatan berlebih, melainkan fokus membantu pemerintah daerah dan warga agar dapat menikmati fasilitas jamban, jalan bagus dan jembatan penghubung untuk aktivitas sehari-hari.
Selain fasilitas fisik warga juga mendapatkan pengetahuan kesehatan, ketahanan nasional, serta pengetahuan umum lainnya untuk persatuan dan kesatuan sosialisasi di masyarakat, terang salah satu anggota kepada para preman tersebut.
Lantas belasan preman tersebut langsung balik kanan setelah diberi nasehat dan pengetahuan tentang pelaksanaan TMMD ke 95 di Desa Kambiyain, Kecamatan Tebing Tinggi.
Camat Tebing Tinggi Arif Rahman, di kantornya mengungkapkan bahwa memang ada laporan dari anggota TNI yang melaksanakan TMMD di wilayahnya, bahwa mereka mengaku didatangi sejumlah preman yang mengaku sebagai warga sekitar.
"Memang ada mendapat laporan dari anggota TNI bahwa mereka sempat didatangi orang yang mengaku warga setempat yang ingin meminta jatah preman," katanya.
Kita tidak bisa memastikan, apakah mereka memang warga sekitar atau memang ada oknum dari daerah lain yang sengaja mengaku-ngaku sebagai warga dan memanfaatkan situasi.
Memang sering kita dengar dari para kontraktor, bahwa banyak yang menolak setiap pengerjaan proyek didaerah Kecamatan Tebing Tinggi, dikarenakan banyaknya oknum yang melakukan pemalakan.
Contohnya salah satu gedung yang pengerjaannya harus mencapai lima milyar rupiah, karena sebelum proyeknya keluar, sudah ada yang minta sebesar Rp2,5 milyar untuk jatah preman.
"Ini jelas-jelas menghambat perkembangan pembangunan di wilayah Kecamatan Tebing Tinggi selama ini," ujar Arif Rahman yang sudah menjabat sebagai Camat Tebing Tinggi selama delapan tahun.
Jadi tidak benar Kecamatan Tebing Tinggi selama ini tidak tersentuh pembangunan, namun banyaknya oknum yang memanfaatkan situasi, membuat para kontraktor selalu menolak pengerjaan di daerah tersebut, lanjut Camat.
Ia mengimbau kepada seluruh warga, agar terus mendukung setiap pembangunan yang ada di Tebing Tinggi, agar percepatan pembangunan membuat akses jalan dan perekonomian wilayah tersebut cepat maju, terlebih daerah Tebing Tinggi memiliki destinasi wisata alam yang banyak dan indah yang bisa dijadikan sebagai pendapatan daerah, tutupnya.