Tak terasa dua gelas kopi sudah habis terminum, dua bungkus kacang goreng ditambah beberapa iris kue tradisional khas Banjar “amparan tatak†pun telah habis, kini kembali lapar, ingin rasanya mengkonsumsi nasi kuning pula,kata Masran warga kota Banjarmasin saat ngobrol bersama penulis di sentra kuliner “Mandiri,†Jalan Pos Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Ngobrol di areal sentra kuliner tepian Sungai Martapura di ibukota provinsi paling selatan pulau terbesar tanah air itu, memang tak terasa waktu.
“Kita mulai ngob rol tadi dari jam 13:00 Wita, ini sudah jam 16: wita,†kata Masran lagi seraya memperlihatkan jarum jam di tangannya.
Suasana lokasi sentra kuliner “Mandiri†yang dibangun Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin melalui Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) setempat itu agaknya cocok bagi mereka yang ingin ngobrol lama.
Di bawah puluhan tenda-tenda warna warni tepian sungai dan dinaungi pepohonan yang rindang lokasi yang dulunya merupakan kawasan pasar burung tersebut merupakan ideal bagi wisatawan yang ingin berlama-lama menikmati semilirnya angin dan gemericik suara riak air sungai Martapura yang berhulu ke Pegunungan Meratus tersebut.
Apalagi lokasi itu dijual aneka makanan dan kue-kue tradisional sehingga bisa memanjakan selera makan pagi, makan siang , serta makan malam, atau sekedar mencicipi kue kecil atau aneka kue lainnya seraya menghirup panasnya kopi atau teh.
Sejauh mata memandang terlihat aneka pemandangan tepian sungai yang sudah dimodifikasi menjadi Water Front City (kota bantaran sungai) yang dibangun Pemkot Banjarmasin dengan dana ratusan miliar rupiah.
Apalagi aktivitas warga di sungai yang bermuara ke Sungai Barito tersebut menambah pemandangan yang mengusik diri untuk berlama-lama, lantaran di sungai tersebut terlihat hilir-mudiknya “klotok†semacam angkutan warga sejenis perahu bermesin, hilir-mudik di wilayah yang dikenal dengan sebutan “kota seribu sungai,†tersebut.
Klotok itu adadalah jenis angkutan kota yang ada di sungai seperti layaknya mobil angkot di daratan dengan jarak tempuh agak jauh, kemudian masih ada hilir-mudik jukung (sampan) juga angkutan untuk warga kota ke sana kemari dengan jarak pendek, ibabarat di daratan itu adalah becak.
Kemudian masih hilir-mudik kapal-kapal sungai yang mengangkut barang dagangan, barang pertanian, bahkan barang tambang yang menyusuri kawasan yang selama ini menjadi rute wisata susur sungai.
Wali Kota Banjarmasin Haji Muhidin saat melakukan pembukaan sentra kuliner tersebut pertengahan Juni 2014 lalu menyatakan kebanggaannya karena wilayah ini menambah perbendaharaan lokasi wisata kuliner setelah sebelumnya juga diresmikan Kota Kawasan Wisata Kuliner (KWK) Gang Pengkor Jalan Brigjen Hasan Basri.
Lokasi sentra kuliner tepian Sungai Martapura yang juga juga dikenal sebagai jalur Jalan Pos sepanjang sekitar 300 meter menghubungkan Jalan Hasanudin HM dengan jalan Sudirman dekat Jembatan Merdeka.
Menurut wali kota keberadaan sentra kuliner ini akan memperkuat posisi Kota Banjarmasin sebagai kota wisata, khususnya sebagai wilayah paiwisata perairan.
Dengan adanya lokasi tersebut akan memudahkan wisatawan yang datang ke kota berpenduduk sekitar 700 ribu jiwa tersebut untuk menikmati kuliner khas setempat, seperti laksa, ketupat kandangan, nasi kuning, lupis, lontong, dan penganan 41 macam.
Selain itu juga tersedia makanan nasional, seperti nasi goreng, soto, masakan padang, masakan jawa, masakan Palembang, dan aneka makanan nusantara lainnya di sejumlah kios yang tercatat 52 buah tersebut.
“Bagi wisatawan makan di lokasi ini akan merasakan nikmatnya udara Sungai Martapura berada di pepohnan rindang, sambil menikmati pemandangan hilir mudiknya berbagai perahu dan angkutan air lainnya,†kata Muhidin.
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata setempat, Subhan menuturkan lokasi tersebut akan dimeriahkan lagi dengan aneka atraksi wisata, seperti lomba perahu (jukung), yang akan diagendakan serta permainan jet ski.
Subhan juga merencanakan menambah atraksi wisata lainnya seperi benana boat, perahu karet, dan atraksi wisata disamping hiburan trasidional seperti musik panting atau madihin, di lokasi tersebut.
“Seberang sungai ini akan dibangun patung raksasa, berupa patung Bekantan (kera hidung panjang/ Nasalis larvatus) yang merupakan maskon fauna Kalsel, sehingga bagi yang berada di sentra kuliner ini akan bisa menikmati patung raksasa ini dari seberang sini,†kata Subhan seraya menunjuk rencana pembangunan patung bekantan itu persis di seberang sungai yaitu Jalan Pire Tendean.
“Kita berharap lokasi ini menjadi ikon pariwisata, karena di seberang sungainya juga sudah ada pusat kuliner Taher Square yang akan dilengkapi dengan patung Bekantan tersebut,â€kata Subhan.
Menurut Subhan sentra kuliner ini bagian rute perjalanan objek wisata air di Kota Banjarmasin , selain pasar terapung, wisata relegi masjid Raya Sabilah Muhtadin, makam habibb Basirih, masjid Sultan Suriansyah, museum Wasaka, pusat kuliner katupat, pusat pelelangan ikan, dan dermaga balaikota Banjarmasin.
klotok Susur Sungai
Keberadaan beberapa lokasi sentra kuliner tepian sungai Martapura yang dibangun Pemkot Banjarmasin tersebut memperoleh respon positif dari Pemerintah Provinsi (Pemrov) Kalimantan Selatan.
Pemprov Kalimantan Selatan melalui instansi kepariwisataan setempat kian menggalakkan pariwisata sungai yang merupakan wisata andalan provinsi setempat yang terus dipromosikan ke dunia luar khsususnya ke manca negara.
wisata susur sungai Kota Banjarmasin dan sekitarnya merupakan yang ditonjolkan dalam memancing lebih banyak lagi kedatangan wisatawan, sekaligus memperluas posisi ibu kota provinsi tersebut sebagai wilayah kepariwisataan air.
Kepala Dinas Pariwisata Kalsel Mohandes kepada penulis menyebutkan wisata susur sungai tersebut selain menyusuri Sungai di Banjarmasin juga diarahkan ke sungai lainnya di luar Kota bahkan hingga ke Negara Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).
Wisata susur sungai tersebut dengan memanfaatkan kapal -kapal sungai yang dimodifikasi menjadi kapal wisata menyusuri Sungai Martapura dan Sungai Barito serta anak-anak sungai yang di wilayah Banjarmasin yang memiliki 105 buah sungai ini.
Hanya saja ia menyayangkan di Banjarmasin terdapat bangunan jembatan yang cukup rendah hingga menyulitkan lalu-lalang kapal wisata air tersebut.
“Lihat saja Jembatan Merdeka dan Jembatan Dewi, kondisinya cukup rendah hingga kalau air pasang dalam maka jembatan tersebut akan sulit dilalui kapal wisata,†kata Mohandes seraya menunjuk dua jembatan tersebut yang lokasinya tidak jauh dari peresmian pusat kuliner tersebut.
Oleh karena itu ia menyarankan bagaimana kondisi jembatan tersebut nantinya bisa ditinggikan dari kondisi sekarang agar memudahkan pengembangan wisata air tersebut.
Menurut Mohandes, kelebihan kota Banjarmasin adalah banyaknya sungai alam bukan sungai buatan yang relatif memiliki pemandangan indah di kalangan wisatawan untuk menyusurinya, Apalagi di kiri kanan sungai terdapat pemukiman penduduk dengan aneka budaya khas setempat, seperti rumah lanting, warung terapung, industri terapung, dan budaya lainnya.
Rute yang dijual dalam wisata susur sungai tersebut tentu merupakan objek andalan setempat, seperti pasar terapung, pusat perdagangan Banjarmasin, wisata kuliner soto Banjar, Pulau Kembang dengan ratusan ekor kera jinak, masjid Sultan Suriansyah, makam Ulama Basirih, masjid Raya Sabilah Muhtadin, Siring sungai, dan Museum Wasaka serta beberapa objek lagi.
Wisata susur sungai tersebut pun akan dikemas sedemikian rupa ke arah pusat cenderamata seperti kampung sasirangan yang akan diladeni oleh pemandu wisata yang berpengalaman yang bisa memberikan penjelasan mengenai kondisi kota serta aneka budayanya, kata Mohandes.
Dalam rute susur sungai itulah nantinya para wisatawan bisa singgah ke sentra-sentra kuliner dengan menikmati aneka makanan setempat, dengan demikian maka wilayah ini akan menjadi daya pikat tersendiri di mata wisatawan nusantara maupun manca negara.