Rantau (ANTARA) - Kopi sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Kabupaten Tapin di Kalimantan Selatan. Buah dari tanaman yang saat ini lagi tren itu pernah menjadi salah satu komoditas unggulan para petani, mulai 1973 sampai ke 1990.
Menarik kisah Kepala Dinas Pertanian Tapin Wagimin, saat ada program transmigrasi pada 1973, masyarakat dari Pulau Jawa dibawa ke wilayah Kecamatan Tapin Selatan, Salam Babaris dan Hatungun.
Mereka didatangkan pemerintah, salah satu bekalnya yaitu bibit kopi berjenis robusta dan arabika. Tanaman kopi dari luar pulau Kalimantan itu pada 1977 berbuah namun hasilnya dianggap kurang baik.
Para petani pun mengembangkan hasil panen dan mengolah bibit dari biji yang dipanen. Setelah itu hasilnya dianggap baik dan mulai dijual ke pasar lokal hingga ke wilayah Banjarmasin.
“Waktu itu kopi yang dipanen dijemur, ditumbuk, lalu bijinya dipasarkan. Harganya berkisar Rp 1.500,” ujar Wagimin yang juga sebagai warga transmigrasi itu.
Sebelum kopi dari para transmigrasi itu ditanam di wilayah Tapin, Wagimin menceritakan kopi lokal tanaman penduduk asli juga banyak dijumpai, dengan biji biji kecil disebut “kopi kampung”.
“Kopi kopi itu ada di wilayah perbukitan meratus. Dari Piani sampai ke wilayah Hatungun. Kopi memang salah satu komoditas yang disukai,” ungkapnya.
Transisi pudarnya kopi, saat masuknya era tanaman karet dalam progman nasional plasma dari PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XIII pada 1985.
Berjalannya waktu sampai ke Tahun 90’an, karet menjadi komuditas unggulan dan menyingkirkan komuditas unggulan sebelumnya, diantaranya kopi, kemiri, jengkol dan pisang.
“Orang dulu itu tanam kemiri, jengkol bawahnya pasti kopi. Alih fungsi lahan jadi karet, karena nilai harga jual lebih tinggi, waktu itu,” jelasnya.
Khususnya kopi era transmigrasi itu, sebagian, masih dapat dijumpai di wilayah Kecamatan Hatungun.
Sekarang 2021, dengan kondisi karet yang sudah tua dan harga nilai jual yang tidak stabil. Dikatakan Wagimin banyak petani yang akan kembali ke komoditas bahari, salah satunya kopi.
Baca juga: Desa Asam Randah di Kalsel miliki puluhan hektar kopi arabika dan robusta
Baca juga: Tren kedai kopi berdampak munculnya pengusaha muda di Tapin
Baca juga: Harga karet di Tapin dinilai bersahabat
Baca juga: Harga sawit di Tapin hampir naik Rp 3.000