Seruan itu disampaikan Hari Mukti dihadapan puluhan ribu orang pada rapat akbar kaum Muslim yang digelar Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kalimantan Selatan di Taman Siring Sungai Martapura Jalan Jenderal Sudirman Banjarmasin, Kamis.
Menurut mantan rocker dari Ibu Kota Jakarta tersebut, imperialisme baru atau modern bukan saja mengancam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, tapi lebih dari itu, juga mengancam kelangsungan Islam.
Oleh sebab itu, tiada pilihan lain, kecuali umat Islam di seluruh dunia dan Indonesia khususnya harus satu melawan segala bentuk penjajahan dalam kemesan barunya, tegasnya di hadapan ribuan massa kaum Muslim di Banjarmasin.
Sementara itu Humas HTI Kalsel Hidayatul Akbar mengatakan, aksi rapat akbar tersebut sebagai keprihatinan atas kondisi negara dan bangsa Indonesia belakangan ini.
Menurut juru bicara (jubir) HTI Kalsel itu, penjajahan atau imperialisme di Nusantara Indonesia ini belum sirna, yakni dalam bentuk neoliberalisme yang kelihatannya lebih sopan melalui produk undang-undang dan kebijakan yang terkesan pro penjajah.
Karena itu dia mengajak, agar bangsa ini dan umat Islam Indonesia harus diselamatkan, yaitu dengan cara menerapkan syariah serta mengubah sistem kapitalisme menjadi Khilafah yang diwariskan Nabi Muhammad saw.
Sejumlah massa yang hadir dalam rapat akbar di Taman Siring Sungai Martapura - berseberangan Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin itu menanggapi positif seruan Hari Mukti dan ajakan jubir HTI Kalsel tersebut.
Di antara peserta rapat akbar tersebut ada yang memberi isyarat, bahwa Muslim di Kalsel yang juga terkenal agamis, mendukung penerapan syariat, seperti halnya di Nangro Aceh Darussalam (NAD).
Rapat akbar tersebut dirangkai dengan pawai akbar, melintasi sejumlah jalan protokol dalam kota Banjarmasin, serta parade puluhan buah "klotok" (perahu bermotor) menyusur Sungai Martapura.
Kegiatan rapat dan pawai akbar, serta parade klotok itu untuk memaknai bulan Rajab (Rajabiyah) tahun 1436 Hijriah.