Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia mendorong penguatan kerja sama dengan negara yang tergabung dalam kelompok Visegrad, yakni Slovakia, Hongaria, Republik Ceko, dan Polandia, terutama dalam perdagangan dan hubungan antarmasyarakat.
“Indonesia memandang negara-negara Visegrad sebagai mitra-mitra strategis, pasar yang potensial dan pintu masuk ke Eropa,” kata Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri RI, Ngurah Swajaya, dalam acara peringatan 30 tahun kerja sama kelompok Visegrad (V4) yang diselenggarakan dari Jakarta, Jumat.
Menurut Ngurah, keempat negara tersebut merupakan sumber penting dari investasi asing langsung ke Indonesia, serta memiliki potensi sebagai sumber teknologi dan mitra potensial dalam kepentingan ekonomi khusus seperti pendanaan infrastruktur, transportasi, energi terbarukan, pengelolaan sampah dan air, ekonomi hijau, dan ekonomi digital.
“Dengan potensi yang begitu luas, Indonesia ingin memperdalam hubungan dan kemitraan serta membentuk mekanisme bilateral antara Indonesia dan kelompok Visegrad,” ujarnya. Kementerian Luar Negeri sendiri telah mengajukan gagasan tersebut ke masing-masing negara untuk dipertimbangkan.
Menurut Ngurah, potensi tersebut terindikasi dalam hubungan ekonomi kedua belah pihak, di mana aktivitas terkait kegiatan bisnis telah meningkat dalam tiga tahun terakhir.
Pada Oktober 2019 lalu, Kementerian Luar Negeri RI telah menggelar forum bisnis Indonesia-Visegrad dan pada tahun 2020 lalu, empat gelaran forum bisnis telah dilakukan secara daring dengan melibatkan para mitra dari Republik Ceko, Polandia, Hongaria, dan Slovakia.
“Kedutaan-kedutaan besar kami juga telah menggelar sejumlah forum bisnis di masing-masing negara dengan harapan untuk meningkatkan perdagangan dua arah antara keempat negara dengan Indonesia, serta investasi,” paparnya.
Upaya-upaya tersebut dilakukan guna menggenjot perdagangan dan investasi, di mana pada tahun 2020 volume dagang kedua pihak mencapai 1,3 miliar dolar AS, sementara investasi asing langsung dari Visegrad ke Indonesia mencapai 99,9 juta dolar AS dengan 421 proyek. Menurut Ngurah, angka tersebut masih dapat terus dikembangkan, mengingat potensi luas yang masih perlu dijajaki.
Adapun terkait pariwisata, jumlah wisatawan negara-negara Visegrad telah meningkat dari 24.000 pada tahun 2014 menjadi 90.000 pada tahun 2019. Pada awal tahun 2020, yakni periode Januari hingga Maret, tercatat sebanyak 20.181 wisatawan dari keempat negara berkunjung ke Indonesia.
Dengan potensi yang luas itu, Ngurah mengajukan tiga gagasan dalam upaya untuk memperdalam kemitraan kedua pihak, yang pertama yakni untuk mendorong lebih banyak interaksi bisnis.
“Kedua, kita perlu membentuk mekanisme bilateral Visegrad untuk mendiskusikan isu-isu penting yang menjadi kepentingan kedua negara, dari isu regional, ekspor, promosi investasi, inovasi, hubungan antarmasyarakat dan area lainnya,” ujarnya, yang menambahkan bahwa Kemenlu telah mengajukan gagasan tersebut melalui sejumlah pertemuan dengan masing-masing negara mitra pada 2019.
Ketiga, pihaknya ingin mendorong kolaborasi pendidikan, budaya, dan ilmu pengetahuan.
“Program kolaboratif ini dapat memberikan bantuan bagi para pelajar, periset, seniman, dan jurnalis Indonesia dan Visegrad untuk berkolaborasi dan berinteraksi,” ujarnya.
Acara peringatan 30 tahun Kelompok Visegrad turut menghadirkan Duta Besar Hongaria untuk Indonesia Judith Pach, Duta Besar Slovakia untuk Indonesia Jaroslav Chlebo, Duta Besar Republik Ceko Jaroslav Dolecek, dan Kepala Bagian Politik dan Ekonomi Kedubes Polandia Jakarta, Piotr Firlus.