Banjarbaru (ANTARA) - Produk olahan kelapa sawit berupa minyak nabati asal Kotabaru, Kalimantan Selatan memperkuat kinerja ekspor komoditas unggulan ekspor Indonesia dengan berhasil menembus dua negara tujuan ekspor baru yakni Malaysia dan Ukraina.
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin Nur Hartanto dalam siaran pers diterima Antara di Banjarbaru, Senin mengatakan, Kementerian Pertanian pertama kali melalui Balai Karantina Pertanian Banjarmasin memfasilitasi ekspor sekitar 26.900 ton minyak kelapa sawit ke Malaysia dan Ukraina.
"Melalui serangkaian tindakan karantina pertanian, komoditas kami nyatakan sesuai aturan dan protokol ekspor negara tujuan sehingga siap diberangkatkan. Nilai ekspor produk olahan kelapa sawit ke dua negara itu mencapai Rp386,86 miliar," ujarnya.
Ia mengatakan, pejabat Karantina Pertanian di wilayah kerja Pelabuhan Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu telah mengecek kondisi barang yang hendak diekspor dan dinyatakan sehat juga aman sehingga bisa diterbitkan sertifikasi ekspor karantina atau phytosanitary certificate (PC).
Disebutkan, sesuai data sistem perkarantinaan (IQFAST System) di wilayah kerja Balai Karantina Pertanian Banjarmasin, tercatat ekspor minyak nabati itu dilakukan PT Sime Darby Oils (SDO) Kotabaru.
Kemudian, PT SDO selaku pemilik komoditas, sepanjang tahun 2020 juga telah melakukan ekspor sebanyak 19 kali pengiriman total nilai mencapai Rp881,98 miliar ke enam negara tujuan yakni Tiongkok, Vietnam, Korea Selatan, Filipina, Thailand, dan Turki.
"Secara keseluruhan ekspor komoditas minyak sawit Kalsel menunjukan tren peningkatan yang signifikan. Sebagai perbandingan, hingga minggu kedua Februari 2021 sebanyak 26.900 ton minyak nabati telah di ekspor ke dua negara," ucapnya.
Sementara, periode yang sama tahun 2020, hanya berhasil membukukan 24.000 ton sehingga peningkatan itu membuat optimistis kinerja ekspor pertanian Kalsel dapat mencapai 20 persen sesuai dengan skema target Gratieks yang telah ditetapkan.
Gratieks adalah Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor, suatu program yang digagas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Gratieks menjadi upaya promotif dalam meningkatkan ekspor produk pertanian mengakomodasi semua kepentingan para pelaku pembangunan pertanian dari hulu sampai hilir.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor yang cukup besar kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu sekitar 1,13 persen di tahun 2020. Dua komoditas perkebunan unggulannya adalah karet dan minyak sawit.
Diketahui, kelompok barang utama penyumbang ekspor terbesar Kalsel pada Januari 2021 masih kelompok bahan bakar mineral dengan nilai mencapai 402,44 juta dolar AS atau mengalami kenaikan sebesar 10,72 persen dibanding ekspor pada periode Desember 2020.
Sementara itu, di urutan kedua adalah kelompok lemak dan minyak hewani atau nabati yang pada Januari 2021 menyumbang untuk ekspor Kalsel senilai 97,44 juta dolar AS. Dari total nilai ekspor Kalsel yang mencapai 540,54 juta dolar AS pada Januari 2021, kontribusinya sebesar 18,03 persen.
Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Ali Jamil mengapreasi pencapaian penambahan negara tujuan ekspor baru bagi komoditas unggulan asal Kalsel sehingga sebagai bagian dari langkah strategis mendorong kinerja ekspor bersama instansi terkait dan perwakilan negara tujuan aktif melakukan diplomasi pertanian.
Terlebih dengan tidak populernya hambatan tarif pada perdagangan internasional saat ini, pemenuhan persyaratan teknis sanitasi (sanitary) dan fitosanitasi (phytosanitary) pada produk pertanian menjadi strategis.
"Harmonisasi aturan dan protokol ekspor pertanian menjadi fokus diplomasi. Harapannya, makin banyak ragam komoditas pertanian tanah air yang dapat diterima di negara tujuan ekspor sehingga kami siap mengawal," katanya.
Produk olahan kelapa sawit Kalsel tembus Malaysia dan Ukraina
Senin, 22 Februari 2021 20:01 WIB