Banjarmasin, (AntaranewsKalsel) - Unit Pelaksana Teknis Taman Hutan Rakyat Sultan Adam Kalimantan Selatan membuka 13 situs benteng Belanda untuk kunjungan wisata alam sekaligus wisata sejarah.
Kepala Tahura Sultan Adam Kalsel Akhmad Ridhani di Banjarmasin, Minggu mengatakan, pembukaan situs benteng Belanda tersebut dilakukan sejak awal 2014 setelah ditemukan sejak beberapa tahun lalu.
"Sejak ditemukan, situs benteng Belanda ini dikenal sangat angker sehingga jarang ada masyarakat atau pengunjung yang berani naik gunung untuk melihat," katanya.
Selain itu, situs-situs tersebut juga tertutup oleh gundukan tanah gunung dan bebatuan, serta semak belukar, sehingga tidak terlihat dengan jelas wujud benteng pengamanan Belanda tersebut.
Akhirnya, pada awal tahun 2014, situs tersebut dibersihkan oleh pengelola Tahura, dan ditemukan beberapa bangunan yang diduga merupakan villa bagi orang-orang Belanda, yang temboknya masih sangat kokoh, sebagai bukti bangunan tersebut dibangun dengan fondasi cukup kuat.
"Diperkiarkan di atas tembok bangunan tersebut adalah kayu Ulin, bila dilihat dari masih ada sisa baut-baut yang menancap, kayu-kayu bangunan tersebut diduga diambil oleh masyarakat sekitar," katanya.
Awalnya, petugas hanya menemukan satu situs ukuran kecil dan situs ukuran besar, yang diduga rumah utama dari benteng tersebut, namun setelah pengelola membersihkan lebih luas semak belukar di hutan tersebut, ditemukan situs-situs lain yang kini jumlahnya mencapai 13 sitaus.
Menurut Ridhani, UPT Tahura berencana akan membangun kembali rumah-rumah tersebut, namun dilarang oleh Balai Arkeologi, karena akan menghilangkan sejarah dari situs yang diperkirakan didirakan pada 1930 masehi.
Setelah situs dibuka, tambah Ridhani, hampir setiap hari, terutama pada saat liburan sekolah, daerah tersebut dikunjungi oleh masyarakat, terutama para pelajar.
Beberapa pengunjung mengaku, dengan berwisata ke situs Benteng Belanda, tidak hanya untuk menambah pengetahuan dan mengetahui sejarah zaman penjajahan, tetapi juga sekaligus menikmati keindahan alam di pegunungan Mandi Angin, yang keindahannnya, tidak kalah dengan keindahan pegunungan Kintamani, Bali.
Jalan yang cukup nyaman, dan bisa ditempuh dengan mobil hingga ke tujuan, membuat kawasan tersebut sangat layak untuk dikunjungi oleh para wisatawan, yang menyukai tantangan dan alam.
Menuju situs tidak terlalu sulit, ada dua jalan yang bisa dilalui pengunjung yakni mendaki Gunung Mandi Angin atau mengendarai kendaraan bermotor baik mobil ataupun sepeda motor. Namun jika memilih mendaki gunung sedikit melelahkan karena harus melawati ratusan anak tangga.
Sepanjang perjalanan menuju situs, para wisatawan akan disajikan dengan pemandangan berupa lembah pegunungan yang sangat hijau, dan indah, apalagi pada saat berada di puncak pegunungan, pengunjung bisa menyaksikan Kota Banjarbaru dari ketinggian, juga waduk dan lainnya.
"Ini seperti di surga, sangat indah pemandangannya," kata Lili Irianti Mala, salah seorang anggota rombongan dari Komunitas Jurnalis Pena Hijau yang berkunjung ke situs tersebut.
Bagi pengunjung yang menggunakan sepeda motor atau mobil sebelum mendaki untuk menyaksikan situs tersebut, harus memarkir mobil atau sepeda motor di tepi jalan dekat bangunan yang diduga bekas bangker pertahanan Belanda, yang berada tidak jauh dari lokasi villa tersebut.
Namun sangat disayangkan sebagian situs tersebut telah dirusak oleh tangan-tangan jahil berupa coretan dan bekas galian yang diduga pelakunya adalah pengunjung dan masyarakat.
Orang-orang yang menggali situs tersebut karena menduga ada harta karun yang ditanam di lantai-lantai, tetapi ternyata tidak terbukti.
