Jakarta (ANTARA) - Panitia turnamen tenis Australian Open terpaksa membatalkan rencana akomodasi karantina untuk pemain internasional, sebulan sebelum event Grand Slam itu dimulai, menyusul ancaman gugatan hukum dari pemilik apartemen di sebuah hotel mewah di Melbourne.
Tennis Australia dan otoritas pemerintah telah mengatur agar para pemain menjalani karantina wajib selama 14 hari di Westin Melbourne menjelang Australia Open 8-21 Februari.
Namun rencana itu dibatalkan, Selasa, setelah pemilik apartemen di Westin mengeluh bahwa mereka tidak diajak berkonsultasi dengan benar dan akan menentangnya.
"Setelah konsultasi antara pemilik The Westin Melbourne, penghuni hotel yang ada dan COVID-19 Quarantine Victoria, keputusan telah dibuat untuk mengakomodasi pemain dan tim pendukung mereka yang tiba di Melbourne untuk ATP mendatang di lokasi hotel alternatif," kata pihak Westin dalam pernyataannya yang dikutip Reuters.
Baca juga: Panpel tunggu pemerintah izinkan peserta Australian Open untuk berlatih
Graeme Efron, seorang pengacara yang mewakili pemilik, mengatakan kepada Reuters bahwa rencana karantina "tidak akan pernah berhasil".
"Itu adalah lambang keangkuhan yang mereka pikir orang akan setuju tanpa berkonsultasi," katanya.
Pemain internasional di Australian Open diharapkan tiba di Melbourne mulai pertengahan Januari.
Menteri Kepolisian Negara Bagian Victoria Lisa Neville mengatakan bahwa hotel karantina alternatif telah diamankan untuk para pemain.
Banyak pemain top dunia berencana untuk berkompetisi dalam turnamen di Melbourne Park pada pekan sebelum Grand Slam dimulai.
Petenis nomor satu dunia Novak Djokovic dan petenis peringkat kedua Rafa Nadal dijadwalkan bermain di turnamen beregu Piala ATP, yang berarti mereka harus tiba di Melbourne setidaknya dua minggu sebelum turnamen 1-5 Februari untuk menyelesaikan karantina tepat waktu.
Baca juga: Naomi Osaka melangkah ke putaran kedua Australian Open dengan kemenangan 6-2, 6-4